BANDA ACEH — Ada pesan penting dalam memperingati dan memaknai momentum Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) ke-62, Kamis, 2 September 2021.
Hardikda 2021, bertepatan 25 Muharram 1443 Hijriah, karena masih dalam momentum spirit peringatan Tahun Baru Islam, Tahun Baru 1443 Hijriah.
“Relevansi semangat hijrah, Muharram yang mengajarkan perubahan multidimensi, dengan peringatan Hardikda ini lebih bermakna, bahwa kita tuntun diri dan umat ini, kita gapai perubahan ke kebaikan, kian lebih baik dan bermartabat lewat pendidikan,” kata Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Dr H Iqbal Muhammad SAg MAg yang menyampaikan pesan dan ajakan dalam momentum Hardikda ke-62, Kamis (2/9).
Menurut Kakanwil, bakal sukses hijrah kita, bersama rakyat Aceh, jika lebih dahulu ada kebijakan pembangunan terintegrasi dan penuh integritas sehati, sekata, seayun langkah dan serentak.
“Dinamika perbaikan kehidupan di kota dan kampong akan cepat, jika kita bangun dari latar belakang mana pun, tidak cuma sendirian dan sekelompok, tapi penuh kebersamaan, penuh keikhlasan, dengan visi jauh ke depan, hingga ke akhirat,” imbuhnya.
“Bahwa pembangunan keumatan, aspek agama dan dunia akan bersanding unggul di sini, jika kita beriringan mengepal tangan bangkit dari kemalasan, dari ketidakpatuhan pada tatanan, dan dari ketidakdisiplinan, menuju pada etos kerja keras, ketaatan dan keteraturan,” harap Kakanwil.
Sebut Kakanwil, bahwa fase pertama Islam di Mekkah adalah tahapan mengajak, mengajar, menyemai butiran iman di dada umat dalam keseragaman syahadat, mendekat pada-Nya. Visi duniawi, materialistis, pragmatis, dan paganis diganti utusan Allah dengan visi ukhrawi, spiritualis, dan monoteis.
Sambungnya, “Muslimin-Muslimat sudah hijrah mental duluan sebelum benar-benar pindah material ke Madinah. Ini juga pesan lain dari hijrah kepada kita di nanggroe, beriringan dengan Hardikda ini.”
Di sini, harapnya, andaikata kemesraan antara orang tua dan pemuda, pendidik dan peserta didik di Aceh, seperti ketulusan Abu Bakar Ash-Shiddieq radhiallahu ‘anhu dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu, bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bisa terus hidup, maka kita bisa terus bangkit. Tentu dengan satu derap aktivitas dan pemikiran bersama yang ingin berubah, tentunya lewat semangat hijrah. Juga tentunya dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.
Memang tantangan pembangunan dan pembinaan pendidikan selalu berat, seperti tantangan para kaum Muhajirin Makkah saat jalani hijrah.
Namun dengan merenungi bantuan Allah bersama perencanaan dan pelaksanaan yang matang, melibatkan antar elemen, serta meneladani kiprah dan amal shalih ikhlas kaum Anshar Madinah, hambatan pun biasa bisa kita lewati.
Akhirnya, bahwa jarak kita di era milenial, abad ke 21, dengan era Rasulullah shallallahu’alihi wa sallam dan sahabat radhiallahu anhum yang mulia, zaman kita ini hanya diselingi oleh sekitar 30-an generasi. Kita menuju rentang 15 abad, dan belum genap 1.500 tahun sejak saat itu.
Bahwa peringatan Hardikda yang bertemakan “Dengan Merdeka Belajar Prestasi Tumbuh dan Tangguh Menuju Aceh Carong” tahun ini, sejak dideklarasikan di Kopelma Darussalam masa Gubernur Prof H Ali Hasymy, era Presiden RI pertama, pada siang 2 September 1959, kini pun kita peringati miladnya yang ke 62. (IA)