Kelima siswa Aceh dari SMAN 1 Simpang Kiri, Kota Subulussalam yang menyumbangkan satu medali perak dan dua medali perunggu bagi Indonesia pada ajang International Invention and Innovative Competition (InIIC) 2020 di Kuala Lumpur, Malaysia
Banda Aceh — Lima siswa Aceh dari SMAN 1 Simpang Kiri, Kota Subulussalam kembali meraih prestasi dengan menyumbangkan satu medali perak dan dua medali perunggu bagi Indonesia pada ajang International Invention and Innovative Competition (InIIC) 2020 di Kuala Lumpur, Malaysia.
InIIC 2020 merupakan ajang bergengsi tingkat internasional bagi seluruh cendekiawan muda bertalenta dalam bidang penelitian inovatif. Tahun ini, InIIC mengusung tema “Changing Lives in Brilliant Ways” dengan berbagai jenjang penelitian mulai dari jenjang pelajar, mahasiswa, dosen maupun peneliti profesional dari seluruh dunia.
Kelima siswi Aceh itu tergabung dalam tiga tim dan berhasil meraih tiga medali, yaitu untuk medali perak diraih Dita Ariyani dan Wahdana Apriyani, sedangkan dua medali perunggu dipersembahkan Asiah dan Nabila Gajah serta Dwinta Nurul Fadillah Bintang.
Ketiga tim peneliti asal Tanah Rencong ini harus bersaing dengan 150 inventor dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Singapura, India, Korea, Vietnam, Hongkong, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan negara lainnya.
Dalam melakukan penelitiannya, mereka dibimbing Kepala SMAN 1 Simpang Kiri, Sukri, MM dan Guru Pembimbing, Chandra Halim, S.Si serta pembimbing dari Indonesia Scientific Society (ISS), Dr. Arie Hardian, M.Si.
ISS merupakan wadah bagi peneliti muda Indonesia yang bergerak dalam pembinaan serta memfasilitasi pelajar, mahasiswa dan profesional untuk mengikuti kompetisi tingkat internasional.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Rachmat Fitri HD, didampingi Kepala UPTD Balai Tekkomdik, T. Fariyal Senin (2/11) menyampaikan rasa bangga dan bahagianya atas capaian prestasi pelajar Serambi Mekkah pada kompetisi di kancah internasional.
“Prestasi ini kami yakini merupakan ikhtiar bersama antara pihak ISS sebagai tim penyeleksi serta pembimbing bagi perwakilan Indonesia di ajang internasional ini. Selain itu juga dukungan dari pihak kepala sekolah, guru, pengawas, cabang dinas pendidikan, orang tua dan siswa itu sendiri,” ucapnya.
Kadisdik Aceh merasa bersyukur karena satu persatu sekolah di Aceh mulai menunjukan prestasinya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menurutnya, ini salah satu tolak ukur adanya peningkatan mutu pendidikan Aceh.
“Alhamdulillah, dengan lahirnya prestasi-prestasi siswa dan siswi dari satuan pendidikan di penjuru Aceh. Maka ini menandakan mulai terjadi pemerataan mutu pendidikan antar daerah-daerah yang ada di seluruh Aceh,” ujar pria yang akrab disapa Haji Nanda.
Ia menyampaikan ucapan terima kasih atas seluruh dukungan para pihak yang terlibat didalamnya, baik secara moril, materil dan waktu dalam melakukan penelitian tersebut.
“InIIC merupakan sebuah kompetisi yang bergerak di bidang inovasi yang bertujuan untuk mencari ide atau solusi yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan dalam berbagai bidang seperti pangan, teknologi, pendidikan, kesehatan dan lainnya,” jelasnya.
Rachmat berharap hasil penelitian yang dilakukan siswi-siswi tersebut dapat terus dikembangkan dan kelak bisa menjadi salah satu solusi bagi kebutuhan masyarakat. Sekaligus memotivasi pelajar lainnya agar memacu diri dalam mengembangkan bakat dan minatnya untuk berprestasi.
“Kita berharap inovasi dari peneliti muda ini dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Karena produk yang dihasilkan ini sudah mendapat pengakuan dari dunia,” pintanya.
Kepala Bidang Pembinaan SMA dan PKLK, Zulkifli, menjelaskan InIIC 2020 diselenggarakan MMNF publisher bekerja sama dengan University of Malaya dan ASAP. Dikarenakan dalam masa pandemi Covid -19, maka kompetisi InIIC tahun ini dilaksanakan secara daring.
“Sangat membanggakan bagi Aceh, khususnya SMAN 1 Simpang Kiri dapat mengikuti dan menjuarai kompetisi paper tingkat internasional ini melalui seleksi yang dilakukan oleh Indonesia Scientific Society pada program Seleksi Tim Riset Indonesia (LEKTRIN),” jelasnya.
Tiga tim peneliti Aceh, lanjutnya masing-masing adalah Dwinta Nurul Fadillah Bintang dengan judul KEBAFERAN (Kepok Banana Flour Indonesian) as an Alternative Solution to Treat Banana Peel Waste into Aromatic Flour in the Making of Donuts in the Covid-19 Pandemic.
Lalu Siti Asiah dan Nabila Gajah dengan judul Organoleptic Test on Protected Packaging Milk Calcium of Waste Raced Chicken Egg dan Wahdana Apriyani.
Kemudian Dita Ariyani dengan judul penelitian optimisation of the Extract Utilization of Betle Leaves (Pipet Betle), Kalang and Gambir (Uncaria Rubiaceae) in the Making of Washing Soap based on Natural and Enviromentally Friendly Washing Oil.
“Pada kompetisi ini, mereka diminta membuat poster penelitian, paper penelitian dan video presentasi berdurasi 5 menit. Keseluruhan project penelitian ini menggunakan bahasa Inggris baik dari pembuatan video hingga paper dan poster,” ungkapnya.
Zulkifli mengapresiasi prestasi yang diraih siswi Aceh, ini merupakan buah dari kegigihan dan tekad diri yang kuat dari siswi-siswi dan pembimbingnya. Hal tersebut karena seluruh projek ini mampu diciptakan dalam waktu singkat yaitu dua minggu, dimulai dari pembuatan konten video, paper dan poster penelitian. (IA)