BANDA ACEH — Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh meminta maaf atas terjadinya kasus penganiayaan dan pengeroyokan terhadap seorang siswa yang dilakukan oleh sejumlah temannya sesama siswa dalam kelas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sakti, Kota Bakti, Kabupaten Pidie.
Pelaksana Harian Kepala Dinas Pendidikan Aceh Asbaruddin, mengatakan pihaknya mengutuk segala jenis kekerasan, terutama di lingkungan sekolah.
Dia mengatakan lingkungan sekolah harus steril dari tindakan perundungan jenis apapun.
“Sesuai arahan Kepala Dinas Pendidikan Aceh, kami sudah memerintahkan kepala cabang dinas pendidikan dan kepala sekolah untuk mengumpulkan keterangan dan bukti-bukti terkait penganiayaan di sekolah itu. Kami juga bakal memberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang melakukan perundungan di sekolah,” kata Asbaruddin dalam keterangan tertulis, Kamis, 10 Agustus 2023.
Pernyataan ini disampaikan Asbaruddin terkait dengan beredarnya video pengeroyokan seorang siswa yang viral di media sosial (medsos).
Dalam video berdurasi 30 detik itu terdapat adegan seorang siswa dianiaya oleh sejumlah siswa di dalam ruang kelas.
Pengeroyokan itu terjadi di SMAN 1 Sakti, Pidie. Asbaruddin meminta maaf atas kejadian ini dan berharap semua pihak, terutama warga sekolah, memahami bahwa tidak seorang pun layak diperlakukan dengan tidak manusiawi.
Asbaruddin mengatakan pihaknya juga tidak menolerir segala jenis praktik kekerasan di lingkungan sekolah.
Sekolah, kata dia, seharusnya menjadi tempat yang aman bagi seluruh anak untuk belajar dan mengembangkan diri.
Asbaruddin meminta guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah, membangun ekosistem digital yang sehat dengan mengarahkan para pelajar untuk menggunakan gawai secara arif dan tidak sekadar mengejar sensasi.
“Preseden ini adalah pil pahit yang harus kami telan. Sekali lagi kami meminta maaf dan berharap dapat mengambil hikmah untuk menjamin keselamatan seluruh warga sekolah,” kata Asbaruddin.
Diketahui, sesama siswa SMA Negeri 1 Sakti di Kabupaten Pidie, terlibat perkelahian di ruang kelas. Kepala SMA Negeri 1, Muslem, pun menjelaskan kronologi kejadian itu.
Video perkelahian itu pun tersebar luas hingga viral di media sosial.
Di video itu terlihat seorang siswa dipiting siswa lain sehingga tidak dapat melawan. Korban tersebut lalu dihajar bertubi-tubi di bagian wajah oleh seorang siswa.
Ketiganya tampak mengenakan seragam pramuka dan pemukulan terjadi di dalam ruang kelas. Ada beberapa pelajar yang melihat kejadian saat korban dihajar.
“Kami sudah memanggil siswa yang terlibat dalam masalah tersebut pada hari Senin dan kami sudah memediasi dengan walinya dan korban,” kata Muslem dalam penjelasan melalui rekaman video video, Rabu (9/8/2023).
Muslem mengatakan kejadian itu terjadi pada Sabtu, 5 Agustus saat jam istirahat sekolah. Sehari berselang, pihak sekolah kembali melakukan mediasi dengan memanggil seluruh wali siswa yang terlibat.
Selain itu siswa yang menjadi korban juga telah dilakukan visum di Puskesmas Sakti dan rontgen di RS Teungku Chik Di Tiro Sigli.
“Hasil rontgen Alhamdulillah anak kami sehat tidak ada masalah dengan kesehatannya,” jelasnya.
Muslem meminta maaf terkait kejadian yang terjadi saat jam sekolah tersebut. Dia berharap kasus itu menjadi yang terakhir kali terjadi di SMA N 1 Sakti.
“Kami mohon maaf atas keteledoran kami ke khilafan kami dalam menjaga anak-anak kami khususnya saat jam istirahat,” jelas Muslem.
Saat dikonfirmasi Muslem menyebut video itu direkam seorang siswa yang diketahui oleh pelaku dan korban. Mereka adalah siswa kelas XI dan video itu disebut direkam saat jam istirahat sekolah.
Muslem menyebutkan, kejadian itu terjadi pada Sabtu (5/8) saat jam istirahat. Ketika pelajar dimulai lagi, guru yang mengajar di kelas itu disebut tidak menemukan tanda-tanda telah terjadi tindak kekerasan.
Pihak sekolah disebut baru mengetahui kejadian tersebut pada Senin (7/8). Menurutnya, pihak sekolah lalu memanggil siswa yang terlibat serta wali untuk dilakukan mediasi.
Korban juga dibawa ke puskesmas untuk divisum dan ke RS Tgk Chik Ditiro untuk dilakukan rontgen. Hasilnya diketahui korban tidak mengalami masalah dengan kesehatannya.
“Belum ada sanksi untuk siswa-siswa tersebut. Sekarang kita fokus mediasi wali korban dan pemukul,” ujar Muslem. (IA)