Keinginan Illiza Terapkan Tapping Box di Banda Aceh, Ambisi Mengejar PAD yang Jadi Beban Pengusaha Kecil
6. Risiko Gagalnya Implementasi
Beberapa daerah yang telah menerapkan tapping box menghadapi tantangan serius, seperti perlawanan dari pelaku usaha, manipulasi sistem, serta minimnya kapasitas teknis dari petugas pajak daerah dalam memonitor dan menindaklanjuti data tapping box secara real time.
Jika Kota Banda Aceh tidak belajar dari kegagalan daerah lain dan justru tergesa-gesa menerapkan kebijakan ini, maka hasilnya bukan hanya nihil, tetapi bisa memperburuk citra pemerintah di mata masyarakat.
Belum lagi soal biaya pengadaan dan pemeliharaan tapping box yang tentu tidak murah. Siapa yang akan menanggung biaya ini?
Jika dibebankan kepada pelaku usaha, maka ini adalah beban tambahan lagi. Jika dibayar oleh APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota), apakah alokasinya proporsional dengan manfaat yang dihasilkan?
Banyak pertanyaan semacam ini yang hingga kini belum dijawab secara terbuka oleh pihak yang mewacanakan kebijakan tersebut.
7. Kritik Terhadap Pendekatan Elitis dalam Pengelolaan Pajak Daerah
Gagasan Illiza Sa’aduddin Djamal untuk menerapkan tapping box dengan skema pemungutan 10% dari seluruh transaksi rumah makan dan kafe di Kota Banda Aceh tampaknya lebih bersifat top-down dan elitis.
Kebijakan ini kurang menyentuh realitas konkret yang dihadapi pelaku usaha kecil, serta berpotensi menambah beban psikologis.
Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan PAD, maka ada banyak cara lain yang lebih adil dan partisipatif. Pemerintah kota perlu membangun kepercayaan dengan pelaku usaha, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan pajak, serta mengedepankan prinsip keadilan fiskal.
Kritik ini bukan untuk menolak sistem tapping box secara mutlak, tetapi untuk mengingatkan bahwa kebijakan fiskal, sekecil apapun, harus memperhatikan konteks lokal, daya dukung ekonomi masyarakat, serta kapasitas implementasi di lapangan.
Bila tidak, alih-alih meningkatkan pendapatan daerah, kebijakan ini justru akan menciptakan kegaduhan sosial dan mematikan potensi ekonomi lokal yang sedang tumbuh perlahan.