Basmalah: ‘Mantra’ Manusia Dalam Beramal Saleh
Menurut Rasyad Khalifah, seorang cendikiawan Mesir yang bermukim di Amerika, basmalah terdiri dari sembilan belas huruf. Angka sembilan merupakan bilangan primer dalam matematika. Semua hal dalam al-Qur’an bisa dibagi dengan angka sembilan belas. Misalnya surat dalam al-Qur’an berjumlah 114 dibagi 19 hasilnya 6. Kata Allah disebut sebanyak 2698 jika dibagikan 19 hasilnya 142. Surat Yāsin dimulai dengan dua huruf yā’ dan sin. Huruf yā’ dan sin dalam surat ini berjumlah 285 yang jika dibagikan 19 hasilnya 15. Bagi yang berminat dengan pemodelan matematis dalam al-Qur’an saya merekomendasi Miracle of The Quran karya Rasyad Khalifah untuk dibaca.
Dalam tafsir isyārī (mystical interpretation) dijelaskan bahwa seluruh makna al-Qur’an dikumpulkan pada al-Fātiḥah dan makna al-Fātiḥah dikumpulkan pada basmalah. Dan makna basmalah dikumpulkan pada titiknya huruf ba’. Karena titik dari huruf ba’ itu bermakna “bī kāna mā kāna wa bī yakūnu mā yakūn”. Dalam bahasa Indonesia kalimat ini berarti “sebab Aku (Allah), semua yang ada jadi ada”. Karena Allah, apa yang telah terjadi pasti terjadi dan apa yang akan terjadi pasti juga akan terjadi. Kakek yang telah meninggal maupun anak kita yang akan lahir semuanya terjadi atas kuasanya Allah. Sebab itu, titik dalam huruf ba’ di awal basmalah dalam khazanah tasawuf disebut nuqṭah al-wujūd (titik wujud). Maknanya, semua wujud di alam raya tercipta berkat titik wujud ini. Titik wujud yang tunggal adalah Allah Swt. Kaum spiritualis yang punya hubungan erat dengan Allah (baca: waliyullāh) bisa membuktikan fungsionalnya basmalah dalam aktivitas mereka sehari-hari.
Dalam Surat Hud: 41 dikisahkan sebelum Nabi Nuh pergi meninggalkan kaumnya dengan menaiki bahtera besar ia mengucapkan bismillāhi majrehā wa mursāhā (dengan nama Allah maka berlayar dan berlabuhlah). Ucapan basmalah Nuh membinasakan kaum kafir dengan banjir dan menyelamatkan kaum beriman dengan bahtera. Dalam kitab Tadzkīratul Awliyā’, Syaikh Farīduddīn al-‘Aṭṭār menceritakan kisah taubatnya ulama sufi besar Bisyr bin Abū Naṣr dari kejahilannya. Di masa mudanya Bisyr merupakan alkoholik berat. Suatu malam sepulang mabuk-mabukan Bisyr menemukan secarik kertas yang tertulis basmalah. Ia pun mengutip dan meminyaki wangi-wangian kertas itu. Pada saat yang sama seorang wali Allah yang sedang tidur bermimpi dan diperintahkan dalam mimpinya untuk mencari orang yang bernama Bisyr bin Abū Naṣr. Awalnya si wali ini mengabaikan mimpinya. Namun, mimpi itu datang berturut-turut setiap malam. Si wali pun mengalah dengan mimpinya dan mendatangi Bisyr untuk menyampaikan pesan dalam mimpinya. Pesan itu berbunyi “kamu telah mengharumkan nama-Ku, dan Aku pun akan mengharumkan namamu”. Kejadian itu menjadi momentum hijrahnya sufi besar Bisyr bin Abū Naṣr.