Oleh: Ustaz Dr Nurkhalis Muchtar Lc MA*
Peristiwa Isra’ Mikraj merupakan mukjizat yang dialami Rasulullah SAW. Dimana dalam waktu sangat singkat, Rasulullah diperjalankan dengan ruh dan jasad dari Masjidil Haram di Kota Mekkah ke Masjid al-Aqsa di Palestina hingga menembus langit sampai ke Sidratul Muntaha menggunakan Buraq yang didampingi dua orang malaikat yaitu Jibril dan Mikail.
Dalam perjalanan tersebut banyak keajaiban dan fenomena langka yang Rasulullah rasakan dengan berbagai tanda keagungan Allah yang ditampakkan kepada beliau sebagaimana diabadikan dalam firman Allah Swt Al Isra’ ayat 1.
Syekh Mustafa al Siba’i dalam karyanya Sirah Nabawiyah Durus Wa‘ibar menyebutkan beragamanya pandangan para ulama menyangkut kapan secara pasti terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Syekh Safiyurrahman al Mubarakfuri dalam karyanya Rahiqul Makhtum menyebutkan ada enam pandangan para ulama mengenai kapan waktu terjadinya peristiwa mukjizat Isra’ dan Mi’raj.
Di antara para ulama ada yang menyatakan bahwa Isra’ dan Mikraj terjadi pada tahun pertama kenabian.
Pandangan kedua yang menyebutkan terjadi pada tahun kelima dari kenabian dimana usia Rasulullah ketika itu 45 tahun.
Pandangan ketiga ada yang menyatakan terjadi pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari kenabian sebelum hijrahnya Rasulullah Saw ke Madinah.
Pandangan keempat menyebutkan sekitar satu tahun empat bulan sebelum Rasul hijrah.
Pandangan kelima menyebutkan satu tahun dua bulan sebelum hijrah Nabi Muhammad.
Pandangan keenam menyebutkan satu tahun sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Kota Madinah.
Menurut Syekh Muhammad Said Ramadhan al Buthi peristiwa Isra’ dan Mikraj terjadi pada fase terakhir dari dakwah Rasulullah Saw sebelum hijrah ke Madinah.
Yang terpenting adalah substansi dan kandungan yang terdapat dalam Isra’ dan Mikraj yaitu kewajiban shalat lima waktu sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai hadits Nabi Saw.
Karena yang pertama dipertanyakan mengenai amalan seorang hamba kelak adalah mengenai shalatnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya yang pertama diperhitungkan amalan seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah shalat, apabila shalatnya bagus maka ia beruntung dan sukses, namun jika shalatnya rusak maka sungguh rugi dan celaka…(HR Tirmidzi).
Bahkan saking istimewanya shalat, di dalam Al Quran disebutkan lebih dari seratus tempat mengenai perintah shalat, pujian orang yang melaksanakan shalat, dan ancaman bagi mereka yang meninggalkan shalat.
Juga Rasulullah Saw menjelang ajal beliau juga berpesan agar menjaga shalat sebagaimana tertuang dalam berbagai kitab sirah nabawiyah.
Banyak sekali pelajaran penting yang terdapat dalam Isra’ dan Mikraj Rasulullah Saw, mengenai pembahasan detail Isra’ Mikraj misalnya, telah dibahas secara tuntas oleh ulama seperti Syekh Shalih al Ja’fari Ulama Al Azhar Kairo Mesir dengan karyanya as-Siraj Wahaj fi Qishah Isra’ Wal Mi’raj.
Di antara beberapa hikmah yang disebutkan dalam buku Sirah Nabawiyah Durus Wa’ibar ialah: dalam peristiwa perjalanan Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa di Palestina memiliki pesan tersirat bahwa begitu erat kaitan antara Kota Suci Makkah yang terdapat Ka’bah Baitullah yang merupakan kiblat umat Islam, dengan Palestina yang juga mencakup Masjid al-Aqsa yang juga pernah menjadi kiblat umat Islam ketika awal hijrah Nabi ke Madinah.
Umat Islam shalat sekitar satu tahun setengah menghadap ke Masjid al-Aqsa sehingga Masjid al-Aqsa dan sekitarnya memiliki arti penting bagi umat Islam.
Bahkan Rasulullah Saw dalam sabda beliau menyebutkan Masjidil Haram, Masjid al Aqsa dan Masjid Nabawi memiliki pahala dan keistimewaan khusus jika shalat di tempat-tempat tersebut.
Sehingga perlu untuk dikunjungi, diziarahi dan napak tilas karena keberkahan dan kemuliaan ada di masjid-masjid tersebut.
Pelajaran lain dari peristiwa Isra’ dan Mikraj ialah kemungkinan umat manusia untuk menembus ruang angkasa ini dengan ilmu pengetahuan.
Bahkan sampai ke planet-planet yang berdekatan dengan bumi termasuk mendarat di bulan seperti yang pernah dilakukan oleh para astronot.
Hal ini tentu buka sebuah keniscayaan, karena galaksi Bimasakti dari mulai planet Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus , Uranus, dan termasuk bulan serta benda-benda langit lainnya masih berada pada cakupan langit yang pertama, belum sampai ke langit kedua.
Sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis bahwa Rasulullah Saw dalam Mi’rajnya menembus langit berjumpa dengan beberapa nabi dan rasul seperti Nabi Adam, Nabi Yahya ibn Zakariya, Nabi Isa ibn Maryam, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim.
Ini menandakan bahwa langit-langit tersebut dijaga oleh para malaikat Allah Swt sehingga tidak bisa dilewati kecuali dengan izin Allah Swt seperti yang terjadi pada diri Rasulullah Saw.
Ulama India Syekh Safiyurrahman al Mubarakfuri dalam karya sirahnya Rahiqul Makhtum sebuah buku Sirah Nabawiyah terbaik, menyebutkan hikmah dan rahasia penting mengenai Surat Al Quran yang mengabadikan peristiwa Isra’ dan Mikraj.
Dalam Al Quran hanya menyebutkan mengenai Isra’ dan Mikraj hanya satu kali saja yaitu pada ayat pertama.
Selebihnya Surat al Isra’ berisi ayat-ayat yang menceritakan berbagai kekeliruan bahkan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Bani Israil. Karena sebelum hadirnya Islam, Jazirah Arab dikuasai oleh kaum Yahudi yang banyak membuat kerusakan dan bahkan membunuh para nabi yang diutus oleh Allah Swt.
Diutusnya Rasulullah Muhammad Saw untuk melengkapi dan menyempurnakan syariat dan risalah sebelumnya.
Sehingga syariat Islam berlaku secara umum dan bersifat universal sebagaimana dalam firman Allah surat al Maidah ayat tiga mengenai kesempurnaan Islam dan legislasi Islam menjadi agama yang universal yang disampaikan oleh Rasulullah Saw ketika pelaksanaan Haji Wada’.
Peristiwa Isra’ Mikraj terjadi pada puncak dari tantangan dakwah yang dihadapi Rasulullah Saw. Ditandai wafat pamannya Abu Thalib yang selalu membela Rasulullah Saw, dan tidak lama berselang wafat pula Isteri yang sangat beliau cintai Khadijah yang telah berkorban segalanya untuk agama ini, sehingga kemudian Rasulullah berdakwah ke Thaif dan beliau tidak mendapat apapun kecuali cacian dan lemparan batu dari penduduk Thaif.
Rasulullah Saw merasakan tantangan dakwah yang melebihi dari apa yang beliau hadapi sebelum wafat paman dan isterinya.
Israk dan Mi’raj merupakan momentum penting bagi Rasulullah Saw untuk melihat bahwa ada semesta yang begitu luas dan seluruh ciptaan Allah Swt baik para malaikat dan para nabi yang memuliakan Rasulullah Saw dan menjadikan beliau sebagai imam bagi seluruh umat manusia dari masa Nabi Adam hingga umat akhir zaman.
Kedudukan beliau tinggi dan Istimewa yaitu imamul awwalin wal akhirin tentu tidak diperoleh serta merta.
Beliau adalah manusia pilihan Allah Swt yang dianugerahi berbagai kesempurnaan; akhlak, pekerti dan fisik, karena beliau adalah Habibullah kekasih Allah, nabi dan rasul pilihan.
Rasulullah juga membawa pesan yang universal kepada seluruh umat manusia yaitu pesan damai, cinta kasih yang disebut dengan agama Islam yang sentosa dan damai. Agama yang mengusung semboyan berkasih-sayang, menebar empati sesama.
Hal ini ditandai dengan perintah kepada umat Islam untuk menjalankan seluruh perintah Allah Swt dengan segenap jiwa dan raga tidak mengikuti langkah-langkah Syetan.
Maka maksud Islam bagi umatnya dalam damai dengan diri, damai dengan keluarga, damai dengan Masyarakat, damai dalam bernegara dan bahkan damai dengan seluruh umat manusia lainnya.
Kewajiban bagi umat Islam secara menyeluruh juga menghadirkan kedamaian kepada seluruh umat manusia tidak mengenal ras, keturunan, warna kulit bahkan agama sekalipun yang disebut dengan ukhuwah insaniah.
Maka persaudaraan dalam Islam bisa dalam bentuk ukhuwah Islamiyah persaudaraan atas dasar keimanan, ukhuwah wathaniyah persaudaraan atas dasar kebangsaan dan ukhuwah insaniah persaudaraan atas dasar kemanusian.
Sehingga pesan penting Isra’ Mikraj bagi kita adalah untuk menjadikan semesta ini sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt melalui shalat sebagai amalan utama, dan menebarkan pesan kedamaian kepada seluruh semesta karena itu ciri orang yang bertaqwa dan mengingat Allah.