Menelusuri Makna Gelar Haji: Antara Tradisi, Regulasi, dan Penghormatan Sosial
Aturan ini tidak luput dari kritik para intelektual kolonial. Karel Frederick Holle, seorang Adviseur voor Inlandsche Zaken, menolak pelarangan berpakaian haji karena dikhawatirkan memicu keresahan rakyat. Ia menilai pakaian haji tidak seragam dan tidak bisa diseragamkan, apalagi di daerah seperti Tatar Sunda di mana pakaian khas haji kadang justru menyerupai jas Eropa.
Senada dengan Holle, Snouck Hurgronje, orientalis ternama Belanda, juga mengkritik keras kebijakan kolonial tersebut. Ia menganggap penyematan gelar dan penggunaan pakaian haji seharusnya tidak perlu diatur secara ketat. Bahkan, ia mengusulkan agar pemakaian gelar dan pakaian haji dibiarkan bebas agar kehilangan kesakralannya dan tidak lagi dianggap istimewa.
Namun demikian, pemerintah kolonial tetap mempertahankan kebijakan screening tersebut hingga akhirnya dihapus pada tahun 1902, seiring meningkatnya jumlah jamaah haji yang membuat proses verifikasi menjadi tidak praktis lagi.
Makna religius dan sosial
Gelar “Haji” dan “Hajjah” bukan sekadar gelar simbolik. Dari sisi religius, gelar ini menjadi pengakuan bahwa seseorang telah menyempurnakan rukun Islam kelima melalui ibadah haji. Ibadah ini bukan hanya seremonial, tetapi menuntut kesiapan fisik, mental, dan spiritual, dari ihram hingga tawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah.
Dari segi sosial, gelar ini menciptakan bentuk penghormatan dalam struktur masyarakat. Mereka yang menyandang gelar “Haji” atau “Hajjah” kerap dipandang lebih religius, bijak, dan berpengalaman secara spiritual, walaupun tidak ada jaminannya. Penyematan gelar ini juga menjadi sumber motivasi bagi umat Islam lainnya untuk menunaikan ibadah haji, memperkuat semangat keagamaan di tengah masyarakat.
Simbol perjalanan dan identitas
Di Indonesia, gelar “Haji” telah melekat dalam identitas sosial keagamaan masyarakat Muslim. Dari sejarah panjangnya, mulai dari perjuangan berat di masa lalu, pengakuan sosial yang menyertainya, hingga regulasi ketat pada masa kolonial, gelar ini tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi simbol keberhasilan dan kehormatan.