Menjawab Kerinduan Sosok Pemimpin Ideal, Jangan Beri Rakyat Harapan Palsu
Tgk Akmal menjelaskan, meskipun Rasulullah telah lama meninggalkan umatnya, warisan kepemimpinannya tetap relevan lintas zaman.
Empat karakteristik utama Rasulullah SAW menjadi pedoman penting dalam mewujudkan pemimpin ideal yaitu siddiq (benar), amanah (dipercaya), tabligh (menyampaikan), serta fathanah (cerdas).
Sifat pertama, siddiq (benar). Sifat ini menuntut pemimpin konsisten antara ucapan dan tindakan. Jangan beri rakyat harapan palsu (PHP). Umat semakin cerdas menilai pemimpinnya.
Mereka menginginkan kepala daerah yang memenuhi janji, bukan sekadar menebar janji baru tanpa realisasi.
Kedua, amanah (dipercaya). Amanah adalah ujian integritas seorang pemimpin. Sejauh mana kepercayaan rakyat diemban dengan adil dan tepat? Pemimpin yang berpihak pada agama, kaum lemah dan minoritas adalah harapan umat.
“Sebaliknya, kolusi, nepotisme, dan keberpihakan pada pemilik modal adalah aib yang merusak martabat kepemimpinan,” urainya.
Ketiga, tabligh (menyampaikan). Transparansi dalam mengelola amanah menjadi kunci keberhasilan. Rasulullah selalu melibatkan para sahabat dalam bermusyawarah untuk mencari solusi. Pemimpin yang baik tidak menjalankan roda pemerintahan seorang diri.
“Melibatkan ulama, akademisi, pengusaha, politisi, dan masyarakat adalah strategi bijak untuk membangun partisipasi menuju kepemimpinan yang transparan,” tambah Tgk Akmal.
Keempat, fathanah (cerdas). Pemimpin harus memiliki wawasan dan intelektualitas yang mumpuni. Kecerdasan menjadi modal utama dalam menjalankan amanah.
“Di Aceh, sering terdengar ungkapan di warung kopi, pemimpin bukan hanya harus pandai, tapi juga pandai-pandai,” artinya, ia harus cerdas, bijaksana, dan mampu memahami situasi yang kompleks,” pungkasnya. (Sayed M Husen)