Pentingnya Muhasabah Akhir Tahun, Untuk Apa Kita Diciptakan dan Kemana Akan Kembali
Selanjutnya Ustaz Gamal Achyar menjelaskan, agar tergolong sebagai orang cerdas (kayyis) sebagaimana disabdakan Rasulullah, kita perlu bermuhasabah, mengintrospeksi diri atas amal selama setahun ini. Amal kebaikan apa yang telah kita lakukan, kesalahan apa yang telah diperbuat, rencana kebaikan apa yang belum tercapai, siapa yang tersakiti oleh ucapan dan perbuatan kita, serta ilmu apa yang telah kita dapatkan.
Sayyidina Umar bin Khattab pernah menyatakan: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah untuk menghadapi hari besar (hisab). Sesungguhnya hisab di hari kiamat akan menjadi ringan bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat di dunia.”
Luqman al-Hakim pernah menasihati anaknya bahwa orang yang melihat fenomena tanpa mengambil pelajaran adalah orang yang lalai. Sahabat Maimun bin Mihran meriwayatkan:
“Seorang hamba tidak akan mencapai derajat takwa hingga ia mengoreksi dirinya sebagaimana ia mengoreksi orang lain.” (HR. Tirmidzi)
“Semakin banyak umur yang terlewati, ilmu yang dikaji, dan ujian yang dialami, semakin berkurang pula jatah hidup kita. Jika semua pengalaman tersebut tidak dijadikan pelajaran untuk memperbaiki diri, apalah gunanya hidup ini,” ungkap Ustaz Gamal Achyar.
Dalam hidup ini, bukan kesenangan dan kemudahan yang kita cari, melainkan keselamatan menuju akhirat. Luqman al-Hakim berkata, “Aku telah banyak merasakan makanan lezat dan kesenangan, namun tidak ada yang lebih nikmat daripada ‘afiyah (kesejahteraan).”
“Orang yang baik dituntut untuk mempertahankan kebaikan, sementara yang belum baik dituntut untuk memperbaiki diri. Setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Semoga kita termasuk hamba yang mampu bermuhasabah setiap waktu dan senantiasa memperbaiki diri,” tutup Ustaz Gamal Achyar. (Sayed M. Husen)