Ketua HUDA Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab
Bireuen — Ketua Umum Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A. Wahab atau Tu Sop Jeunieb ikut berbicara dengan penerapan ‘New Normal’ atau kenormalan baru di tengah masih berlangsungnya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Menurut Tu Sop, ‘New Normal’ saat ini bisa diartikan sebagai sebuah keseimbangan dalam kehidupan.
“Setiap pribadi kita diperintahkan untuk menjaga keseimbangan, dengan kata lain jika kita tidak melarat, jangan membuat orang lain melarat. Kamu tidak dizalimi orang dan jaga keseimbangan agar orang lain juga tidak menzalimi kamu,” ujar Tu Sop.
Pimpinan Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb Kabupaten Bireuen ini menyampaikan hal itu saat berdiskusi dengan Bupati Bireuen Muzakkar A. Gani dan Ketua DPRK Bireuen dalam acara Pojok Tazkirah, Jum’at malam, 19 Juni 2020.
Tu Sop menambahkan, begitu juga dalam pemerintahan seperti yang disampaikan Bupati Bireuen dalam acara itu, dulunya ia hanya seorang birokrasi saja, tapi sekarang bukan lagi. “Sekarang beliau akan menghadapi politik, pembangunan dan birokrasi pemerintahan,” kata Tu Sop.
Tu Sop menyebut untuk hal tersebut juga dibutuhkan sebuah balance. “Setelah dilantik sebagai bupati definitif sebenarnya Pak Bupati sudah memasuki New Normal,” jelasnya.
Karenanya, jagalah keseimbangan, lakukan komunikasi politik dengan seluruh stakeholder dari semua sisi. Itulah tugas seorang pemimpin dan juga kita rakyat terus membantu, beliau tidak sanggup sendiri, kalupun kita tidak sanggup membantu setidaknya tidak menghacurkan.
Tu Sop yang juga Dewan Pembina Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) menyebutkan, sebuah kesuksesan tidak akan tercapai kalau tidak ada dua hal.
Pertama, ada niat baiknya dan kedua, tahu caranya. Tu Sop menyebut kedunguan terjadi juga pada orang-orang yang berbuat baik. Kenapa dikatakan dungu karena niatnya baik kadang caranya yang tidak baik.
Dalam istilah bahasa Arab, “Kedunguan harus dijauhi, jangankan kita jadi orang dungu, orang dungu yang lain jika bersama harus dijauhi agar kedunguanya tidak menular ke kita”.
“Siapa itu orang yang dungu? Yaitu orang yang niatnya bagus caranya yang tidak benar. Sebagus apapun niatnya apabila tidak didukung oleh pola dan strategi yang benar dia akan menjadi sebuah kegagalan bahkan sebuah kerugian. Karenanya, lakukan komunikasi supaya menemukan rumus-rumus dengan formula baru dan strategi baru,” sebut Tu Sop, yang juga Pimpinan Yayasan Dayah Bersaudara (Yadara) Grup. (IA)