BANDA ACEH – Komisi IX DPR RI mengadakan kunjungan kerja spesifik dalam rangka pengawasan Penanganan Kasus Gagal Ginjal Akut ke Provinsi Aceh, Rabu (9/11). Seperti diketahui, Aceh merupakan 5 provinsi dengan angka kasus gagal ginjal akut tertinggi di Indonesia.
Tujuan kunjungan kerja Komisi IX DPR RI adalah ke RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh yang merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Aceh yang diketuai oleh Emanuel Melkiades Laka Lena serta turut didampingi oleh Dewan Pengawas BPJS Kesehatan, RM Wiwieng Handayaningsih, Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Risiko BPJS Kesehatan, Mahlil Ruby serta Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah Sumatera dan Aceh Mariamah.
Kunjungan itu guna mendapat informasi dan gambaran secara komprehensif tentang perkembangan Penyakit Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak di Aceh.
Direktur RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh dr Isra Firmansyah SpA saat membuka kegiatan sekaligus dalam paparan materinya menyampaikan jumlah kasus gagal ginjal akut pada anak sejak Juni sampai Oktober 2022 di RSUDZA Banda Aceh adalah 30 orang.
“30 orang tersebut dengan rincian 22 orang meninggal dunia, 6 orang pulang dengan kondisi hidup dan 2 orang masih dirawat. Namun pada bulan November sampai hari ini belum ada pasien yang dirujuk ke RSUDZA, artinya jumlah kasus ini telah menurun,” ungkap Isra Firmansyah.
Isra melanjutkan, kendala selama ini yang dihadapi adalah pasien umumnya terlambat dirujuk, datang sudah dalam kondisi berat dan kritis bahkan beberapa pasien meninggal dalam perjalanan menuju RSUDZA. Kendala lainnya menurut Isra adalah kapasitas Ruang PICU hanya 4 Bed, hasil uji pemeriksaan toksikologi belum didapatkan, dokter ahli konsultan nefrologi anak yang tersedia hanya 1 orang dan terbatasnya tenaga perawat terampil Hemodialisa (HD) Anak.
Sementaradari sisi pembiayaan ataupun jaminan pembayaran atas pelayanan kesehatan, Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Risiko BPJS Kesehatan, Mahlil Ruby untuk kasus GGAPA ini termasuk dalam cakupan manfaat pelayanan kesehatan yang dijamin melalui Program JKN dan tentunya telah menjadi peserta JKN sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
“Secara nasional, mekanisme pengajuan klaim dari rumah sakit untuk penjaminan GGAPA pada anak dalam Program JKN merujuk pada panduan tata laksana yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 Tentang Tata Laksana Dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Selanjutnya untuk pengajuan klaim pelayanan Kesehatan GGAPA dilakukan secara kolektif setiap bulan melalui Aplikasi e-claim INA-CBG’S,” jelas Mahlil.
Mahlil melanjutkan, dari 30 kasus gagal ginjal akut pada anak tersebut yang telah diklaim ke BPJS Kesehatan adalah sebanyak 13 kasus, pending sebanyak 5 kasus karena pending sedang dilengkapi berkas penunjang dan aspek medis lainnya serta berita acara kesepatakan Pusat Pembiayaan Kemenkes dan 12 kasus belum ditagihkan atau belum diklaim ke BPJS Kesehatan karena sedang dalam proses dan ada yang masih dirawat.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena yang merupakan Ketua Tim Kunjungan Kerja ini mengatakan berdasarkan penyampaian dari para stakeholder yang hadir pada kesempatan tersebut seperti dari Dinas Kesehatan Aceh, RSUDZA, Balai Besar POM Aceh, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan lainnya, kasus GGAPA di Aceh sudah menurun dan dapat dikendalikan serta telah ada upaya-upaya pencegahan.
“Dari kunjungan kerja ini, dapat kami simpulkan bahwa penanganan kasus GGAPA di Aceh saat ini sudah mulai terkendali, sehingga dapat disimpulkan untuk pemicu gagal ginjal akut di Aceh sudah bisa diidentifikasi. Harapannya agak semua pihak dapat melakukan kolaborasi agar tidak lagi meningkatnya kasus ini seperti melakukan pencegahan dan pengawasan termasuk tidak perlu khawatir untuk urusan pembiayaan telah dijamin oleh BPJS Kesehatan,” kata Melki biasa ia disapa.
Melki menambahkan, untuk obat Antidotum yang sudah dikirim juga sudah bisa dipakai untuk menekan dan mengurangi anak-anak meninggal di Aceh karena gagal ginjal akut.
Bahkan kata Melki, obat tersebut diklaim efektif untuk menekan, mengurangi dan mencegah penyakit tersebut pada anak-anak. (IA)