Empat Pulau ‘Hilang’ Telah Menyatukan Aceh
Para anggota legislatif tersebut kembali ke Aceh, menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah provinsi dan tokoh masyarakat. Langkah ini mendapat sambutan positif dari publik, yang menilai bahwa ini adalah sinyal baik dari pemimpin-pemimpin Aceh di tingkat nasional.
Bukan Konflik Antarwilayah, Tapi Soal Sejarah
Isa Alima menegaskan bahwa polemik ini jangan dilihat sebagai konflik antarprovinsi.
“Aceh dan Sumut itu serumpun. Tapi ketika sejarah dilupakan, kita wajib mengingatkan. Empat pulau ini bagian dari wilayah Aceh berdasarkan peta 1956 dan referensi resmi lainnya,” katanya.
Pernyataan itu menekankan bahwa perjuangan ini bukan untuk memusuhi pihak lain, melainkan untuk menuntut kejelasan berdasarkan sejarah dan hukum yang berlaku.
Dari Krisis Jadi Kebangkitan
Isu ini mungkin dimulai dari kekhawatiran. Tapi hari ini, ia telah menjadi bahan bakar kebangkitan. Masyarakat Aceh mulai sadar bahwa hanya dengan bersatu, setiap persoalan bisa dihadapi bersama.
Momentum ini bukan akhir, tapi awal. Awal dari semangat baru membangun Aceh dengan hati yang bersih, pandangan yang jernih, dan tekad yang bulat.
Karena kadang, sesuatu yang hilang — atau hampir hilang — justru mengajarkan kita nilai penting tentang apa yang selama ini kita miliki.
Empat pulau itu bukan hanya kembali diklaim, tetapi telah mengembalikan satu hal yang lebih besar: persatuan Aceh.
“Empat pulau telah menyatukan kita. Dan semoga, selamanya, kita tetap dalam satu barisan untuk Aceh yang lebih bermartabat,” pungkasnya.