Aceh Timur – Puluhan jurnalis yang bertugas di wilayah pantai timur Aceh mengikuti pelatihan jurnalistik yang dikhususkan untuk para jurnalis yang selama ini fokus bergerak di bidang lingkungan, Sabtu, 13 Februari 2021.
Pelatihan jurnalistik lingkungan kali ini digelar oleh Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh (Yakata) di Idi, Aceh Timur.
GIS Assistant HAkA Khairul Amri mengatakan, pelatihan jurnalistik lingkungan ini bertujuan untuk melatih serta meningkatkan pengetahuan dan keahlian para jurnalis dalam pemantauan kasus ilegal kehutanan.
Alat yang digunakan dalam pelatihan ini merupakan situs web Global Forest Watch (GFW) (http://globalforestwatch.org) dan aplikasi smartphone Forest Watcher.
Di dalam GFW dan Forest Watcher, terdapat data GLAD (Global Land Analysis & Discovery) yang dapat mendeteksi kehilangan tutupan pohon dengan kriteria luasan minimal 15 x 30 meter, tinggi pohon di atas 5 meter, dan kanopi di atas 60%.
“Dengan menggunakan GFW dan Forest Watcher, kita bisa memantau kehilangan tutupan pohon secara real time setiap 8 hari sekali,” kata Khairul Amri dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/02/2021).
Khairul Amri menambahkan, pelatihan ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh Yayasan HAkA untuk menghambat laju deforestasi yang selama ini terjadi di Aceh.
“Semakin banyak pihak yang mengenal dan memanfaatkan kedua aplikasi tersebut, maka semakin banyak pula pihak yang semakin update terhadap kejadian deforestasi yang terjadi di Aceh, sehingga dapat membuat para pemangku kebijakan dan pihak-pihak berwenang lainnya bisa mengambil langkah-langkah untuk mengurangi laju deforestasi ini,” jelasnya.
Selain itu, Yayasan HAkA juga sudah mengenalkan aplikasi ini kepada berbagai lembaga lainnya, seperti Kesatuan Pengelola Hutan (KPH), Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Kepolisian Daerah, Kepolisian Resor, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan instansi terkait lainnya yang dapat ikut serta dalam kegiatan melindungi hutan.
“Deforestasi senantiasa terjadi di dalam hutan Aceh. Walau begitu, setiap saatnya tetap ada pohon – pohon baru yang mulai tumbuh, yang merupakan hasil usaha dari berbagai pihak yang memiliki tujuan untuk melindungi hutan dan lingkungan, khususnya yang ada di Provinsi Aceh,” ungkapnya.
Sementara Ketua Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh (Yakata) Zamzami Ali Umri Balqiah mengatakan pelatihan jurnalistik lingkungan ini diikuti puluhan jurnalis media cetak, online dan elektronik yang bertugas di pantai timur Aceh.
“Kami berharap peserta juga bisa menjadi pelopor untuk mengedukasi publik dalam menjaga serta melestarikan lingkungan, karena hutan merupakan elemen penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai penyedia air dan udara,” katanya.
Selanjutnya, Zamzami juga menyebutkan, luas tutupan hutan di Aceh, khususnya di Aceh Timur saat ini berada dalam kondisi yang kritis dan mengkhawatirkan akibat perubahan dan alih fungsi hutan atau deforestasi yang terjadi secara terus menerus.
Akibat kegiatan ilegal kehutanan yang terjadi seperti perambahan dan illegal logging, sebenarnya justru masyarakat yang menjadi korban karena harus menerima dampak langsung serta harus menanggung risikonya.
“Banjir parah yang terjadi belum lama ini di sebagian besar wilayah Aceh, khususnya di Aceh Timur adalah salah satu bukti betapa mengerikannya dampak yang harus ditanggung. Belum lagi konflik satwa liar dan manusia, longsor, kekeringan dan sebagainya. Ini tidak terjadi begitu saja, tetapi karena lingkungan atau hutan yang telah rusak,” tandasnya. (IA)