BANDA ACEH – Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia (MPTTI) yang didirikan oleh ulama besar Aceh Abuya Syekh H Amran Waly al-Khalidi sejak 20 tahun lalu tiba-tiba dituding sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
MUI secara sepihak menuding MPTTI mengajarkan Muhammad adalah Allah tanpa melakukan klarifikasi (tabayyun) kepada MPTTI. Padahal MPTTI, tidak pernah menyatakan hal tersebut.
Guru Besar Ilmu Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Rubaidi MAg mengatakan di era Indonesia modern ini, Abuya Syekh H Amran Waly Al-Khalidi adalah adalah salah satu ulama tasawuf (sufi) besar yang dimiliki oleh umat Islam Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh.
“Beliau adalah sedikit ulama sufi yang memiliki pengetahuan yang begitu luas dan mendalam di bidang tasawuf. Sudah selayaknya, umat Islam Aceh harus merasa bersyukur terhadap sosoknya yang begitu peduli dan membimbing umat dengan segala ketulusan dan keikhlasannya,” ujar Rubaidi dalam penjelasannya, yang diterima Infoaceh.net, Selasa (20/6/2023).
Menurut Rubaidi, Abuya Amran tidak hanya sekadar ulama tasawuf yang berbasis kepada membaca dan menulis. Dalam pandangan tasawuf, ilmu yang hanya didasarkan atas bacaan maupun tulisan tidak ada artinya kalau tidak diamalkan.
Wujud pengamalan ilmu tasawuf Abuya tidak lain adalah rasa cinta tanpa batas terhadap setiap umat. Inilah wujud sejati dari makna rahmat li al-‘Alamin (rahmat bagi semesta alam).
Abuya, imbuhnya dilahirkan dari rahim keturunan salah seorang ulama besar Aceh di akhir abad ke-20 yakni Abuya Muhammad Waly al-Khalidi.
“Ayahanda beliau tidak lain adalah Abuya Muhammad Waly al-Khalidi yang sering disebut sebagai Abuya Muda Waly, seorang ulama besar Aceh. Ia seorang faqih, kalam, tauhid dan tasawuf. Di kalangan masyarakat muslim Aceh, eksistensi Abuya Muda Waly tidak diragukan dan dibantah lagi peran-peran diberikan dalam membimbing dan mendidik umat Islam di Aceh, bahkan Sumatera pada umumnya,” tandasnya.
Menurutnya, Abuya Amran dalam kehidupan sehari-hari begitu sederhana. Selama 24 jam waktunya didedikasikan untuk umat.
“Saya berkeyakinan, bahwa Abuya adalah min jumlati Khawas al_Khawas. Betapa sulitnya pada zaman modern seperti ini mencari figur ulama yang begitu rendah hati, wara’, ihtiyat, lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada umat,” ujarnya.
Ia menegaskan, bagi yang belum mengetahui dan memahami terhadap Abuya sebagai pendiri MPTTI, agar datang langsung kepada Abuya.
“Lihatlah khaliyah setiap harinya. Tanda-tanda min jumlati Khawas al-Khawas lihatlah dalam kesehariannya. Adakah waktu sekadar santai untuk dirinya sendiri, bahkan, kepada istri maupun anak-anaknya. Lebih dari itu, lihat dan amati kehidupan malam-malam beliau. Adakah waktu malam-malamnya untuk tidur pulas sebagaimana umumnya umat manusia,” tegas Rubaidi.
Ia menegaskan, jika kita umat pada umumnya mengetahui secara benar terhadap khaliyah ulama seperti Abuya Amran Waly ini, niscaya kita akan menangis seraya bersimpuh untuk minta dibimbingnya.
“Saya bersaksi, bahwa sosok Abuya Amran Waly al-Khalidi adalah ulama sufi besar abad ini. Jangan karena ketidaktahuan kita, jangan karena sedikitnya ilmu kita, jangan karena sedikitnya bacaan kita-kitab kita lalu menghukumi sedemikian rupa kepada beliau. Ber-tabayyun-lah sebelum menghakimi dan menghukumi,” pungkasnya. (IA)