Tradisi Meugang Diwarnai Jeritan Tenaga Kebersihan yang Terabaikan
Kekhawatiran pun melanda masyarakat. Meugang yang seharusnya menjadi perayaan kini terancam oleh bau busuk sampah yang menumpuk. Jika tak segera ditangani, bukan hanya pemandangan yang tercemar, tetapi juga kesehatan warga yang dipertaruhkan.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Sabang, Faisal, mengakui bahwa aksi mogok ini bermula dari keterlambatan pembayaran gaji.
“Kami sedang berproses. Ada pergeseran anggaran yang membutuhkan persetujuan dari provinsi. Bukan berarti kami enggan membayar,” jelasnya, seraya menargetkan pencairan dalam satu minggu ke depan.
Meski demikian, upaya darurat tetap dilakukan. Dari total 11 armada pengangkut sampah, kini hanya empat yang beroperasi, dijalankan oleh pegawai negeri di DLH. “Kami kekurangan personel, tapi tetap berusaha menjaga kebersihan kota,” tambahnya.
Di balik segala upaya tersebut, persoalan utama tetap belum terselesaikan. Hak para pekerja masih menggantung di udara, seolah menjadi janji yang terbang dan lenyap begitu saja. Pemerintah terus beralasan, sementara tenaga kebersihan terus bertahan dalam ketidakpastian.
Di tengah gejolak ini, satu pertanyaan besar menggantung di udara: Sampai kapan tenaga kebersihan harus terus berjuang untuk hak yang seharusnya sudah menjadi milik mereka? Sementara mereka berteriak dalam diam, tumpukan sampah dan aroma busuk Meugang mulai menjawabnya.