LA PAZ — Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai teguran atas serangan ke Jalur Gaza Palestina sejak perang dengan Hamas kembali pecah pada 7 Oktober lalu.
“Pemerintah (Bolivia) telah menetapkan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara Israel, sebagai penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang dilakukan di Jalur Gaza,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia Freddy Mamani pada Selasa (31/10).
Menteri Kepresidenan Bolivia Maria Nela Prada juga mengumumkan negaranya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Kami menuntut diakhirinya serangan di Jalur Gaza yang sejauh ini telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil dan memaksa warga Palestina mengungsi,” kata Prada dalam konferensi pers yang sama.
Pemerintahan sayap kiri Presiden Luis Arce ini adalah negara pertama di Amerika Latin bahkan dunia yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sejak perang dengan Hamas kembali berkecamuk.
Padahal, Bolivia baru mengumumkan pemulihan hubungannya dengan Israel pada 2019, satu dekade setelah hubungan mereka terputus akibat serangan Tel Aviv sebelumnya di Jalur Gaza.
Beberapa pemimpin di Amerika Latin juga telah menentang serangan Israel ke Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, gempuran Israel yang makin membabi buta sejak awal bulan lalu ini telah menewaskan lebih dari 8.500 warga Palestina, dua pertiga korban tersebut merupakan anak-anak dan perempuan.
Keputusan Bolivia ini diambil berbarengan ketika Kolombia juga mengusir duta besar Israel dari negaranya.
Sementara itu, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pun telah mendesak gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Brasil kini tengah memegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan PBB.
Lula da Silva mengatakan “serangan teroris” yang dilakukan militan Hamas terhadap Israel tidak membenarkan pembunuhan “jutaan orang tak berdosa” di Gaza.
“Hanya karena Hamas melakukan serangan teroris terhadap Israel tidak berarti Israel harus membunuh jutaan orang tak berdosa,” katanya dalam pidato langsung di media sosial.
Kolombia dan Cile tarik duta besar untuk Israel
Pada Selasa (31/10) malam, Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menyatakan dirinya telah menarik duta besar negaranya untuk Israel, Margarita Eliana Manjarrez Herrera.
Dalam pesan yang dipublikasikan di jaringan X, Gustavo Petro mengatakan: “Saya telah memutuskan untuk memanggil duta besar kami di Israel untuk berkonsultasi. Jika Israel tidak menghentikan pembantaian rakyat Palestina, kami tidak bisa berada di sana.”
Selama dua dekade terakhir dan sebelum Petro berkuasa, Kolombia dianggap sebagai salah satu mitra utama Israel di Amerika Latin.
Presiden Cile, Gabriel Boric, juga mengumumkan pada hari Selasa (31/10) melalui X bahwa ia memanggil duta besar negaranya untuk Israel, Jorge Carvajal, untuk berkonsultasi.
Dia menyebut pemanggilan itu dilakukan “mengingat pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang tidak dapat diterima yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.”
“Cile mengecam keras dan mengamati dengan penuh keprihatinan bahwa operasi militer ini – yang dalam perkembangannya memuat hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza – tidak menghormati norma-norma dasar Hukum Internasional, seperti yang ditunjukkan dari 8.000 korban warga sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak,” katanya.
Cile adalah negara yang menampung komunitas warga Palestina terbesar di luar Timur Tengah. (IA)