Saree — Kabupaten Aceh Besar saat ini telah menjadi salah satu daerah sentra produksi buah Kemiri di Provinsi Aceh.
Sejumlah kecamatan dalam wilayah kabupaten tersebut selama ini banyak menghasilkan buah Kemiri.
Kemiri adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tak heran jika jenis rempah yang satu ini menjadi salah satu kebutuhan wajib di dapur, sebagai pelengkap bumbu masakan.
Sejumlah desa di Kecamatan Lembah Seulawah dan Kecamatan Seulimuem adalah wilayah yang telah lama dikenal sebagai sentra buah Kemiri dengan banyaknya pohon Kemiri milik masyarakat yang berada di sekitar desa.
Akbar atau yang akrab disapa Eskobar, seorang agen pengumpul buah Kemiri di kawasan Saree, Kecamatan Lembah Seulawah mengungkapkan, saat ini Kabupaten Aceh Besar sudah menghasilkan sedikitnya 200 ton buah Kemiri per bulan atau 50 ton per pekan.
Buah Kemiri tersebut masih dalam gelondongan yang belum diolah (dalam cangkang) yang akan dikirimkan ke Medan Sumatera Utara, karenanya tingginya permintaan dari provinsi tetangga tersebut.
“Kami bisa mengumpulkan hingga 200 ton buah Kemiri per bulan atau rata 1,5 ton per hari dari masyarakat petani Kemiri untuk dikirim dan dijual ke Medan,” ujar Eskobar, penampung buah Kemiri dari wilayah Lamtueba, Kecamatan Seulimuem dan Lembah Seulawah, Aceh Besar, Rabu (7/9/2022)
Sebelum dikirim ke Medan tiap pekan 50 ton, buah Kemiri yang dibeli dari masyarakat tersebut terlebih dahulu dikumpulkan di gudang besar atau Holding Saree Agro Lestari Farm, Gampong Suka Mulya Kecamatan Lembah Selawah, Aceh Besar.
Eskobar menjelaskan, rata-rata harga buah Kemiri gelondongan masih dalam cangkang itu berkisar Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per kilogram.
Sementara harga buah Kemiri yang sudah dikupas atau dilepas dari cangkang itu bisa mencapai Rp 45.000 per kilogram. Harga tersebut adalah buah kemiri yang dijual di pasar-pasar untuk untuk kebutuhan bumbu dapur rumah tangga.
“Kita jual buah Kemiri yang belum dikupas ke Medan itu paling tinggi Rp 8.000 per kilogram karena masih dalam cangkang. Sementara buah Kemiri dari Medan yang dikirim ke Aceh sudah dikupas dari cangkang itu dijual hingga Rp 45.000 per kilogram,” ungkapnya.
Eskobar mengaku pihaknya selama ini mengalami kendala untuk mengupas buah Kemiri dari cangkangnya, karena tidak adanya mesin cold storage pembekuan yang akan memudahkan untuk memecahkan buah Kemiri dari cangkang.
Jika sudah ada mesin cold storage pembekuan buah Kemiri, maka akan lebih mudah mengupas buah Kemiri dari cangkangnya, sehingga tidak lagi dijual dan dikirim secara gelondongan dengan cangkangnya dengan harga yang murah ke Medan.
“Yang paling penting, jika sudah ada mesin cold storage untuk pembekuan, kita nanti bisa menyerap puluhan tenaga kerja dari masyarakat sekitar untuk bekerja memecahkan buah Kemiri dari cangkangnya, dan buah Kemiri pun bisa dijual ke luar Aceh dengan harga lebih mahal, tidak lagi gelondongan, ” terang Eskobar.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto turut meninjau lokasi gudang penyimpanan buah Kemiri yang bisa menampung hingga 200 ton di kawasan Saree, Rabu (7/9).
Iswanto sangat mengapresiasi dan mendukung penuh sentra produksi buah Kemiri yang dihasilkan di Aceh Besar tersebut.
Terkait kebutuhan mesin cold storage untuk pembekuan sehingga lebih mudah mengupas buah Kemiri dari cangkangnya, Iswanto menyatakan siap untuk memfasilitasi bantuan mesin tersebut.
“Insya Allah siap kita bantu dan fasilitasi tersedianya mesin cold storage ini, sebagai bagian dari dukungan Pemkab Aceh Besar dalam menjadikan Aceh Besar sebagai sentra produksi buah Kemiri serta memperkuat sektor ketahanan pangan di daerah kita,” tegas Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto. (IA)