Pro Kontra Putusan Hakim, Hingga Jadi Sasaran Bully
Jangan karena gara-gara satu perkara di antara ribuan perkara yang diadili dan diputuskan Hakim yang tidak pro publik, maka dihujat se-Nusantara.
Padahal putusan yang tak sesuai harapan publik, baru putusan pada tingkat pertama di pengadilan negeri. Tetapi hujatan sudah ditujukan kepada semua hakim, termasuk sasarannya terhadap Hakim Tinggi dan bahkan Hakim Agung.
Padahal lagi putusan banding pada Pengadilan Tinggi belum tentu sama atau menguatkan putusan pengadilan negeri. Kalaupun sama, belum tentu pula Mahkamah Agung menguatkan putusan hakim banding pada Pengadilan Tinggi.
Realitanya, warga masyarakat tidak sabar menunggu putusan aquo berkekuatan hukum tetap (inkracht). Semua memberi komentar yang seakan-akan merasa tahu sekali substansi putusan tersebut.
Bahkan ada profesor kedokteran yang ikut memberikan komentar pedas seakan-akan dia juga belajar hukum.
Menghadapi situasi ini sungguh berat beban psikologis yang dialami para hakim Indonesia. Tanpa ada yang berani membela institusi. Semua hakim diam, seakan-seakan semua mengakui sebagai bandit dan jahat.
Saya memaklumi kondisi kepercayaan publik terhadap Mahkamah Agung sedang menghadapi tantangan sehubungan terungkapnya beberapa kasus kejahatan jabatan yang dilakukan oknum warga pengadilan yang tak berintegritas.
Kejadian ini menimbulkan konsekuensi bagaikan “gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga”. Karena beberapa orang oknum warga pengadilan yang jahat, telah merusak citra hakim se-Nusantara.
Kondisi ini mengakibatkan kepercayaan publik terhadap dunia peradilan menjadi hancur berantakan dan memalukan.
Padahal dimana-dimana di dunia ini, lembaga peradilan dan kehakiman adalah institusi yang dimuliakan dan disegani.
Bagaimana bisa seorang hakim pengadilan negeri menyimpan uang di rumahnya hingga puluhan miliar. Bahkan ada pula seorang mantan pejabat struktural non teknis hukum menyimpan uang kontan di rumahnya bergoni-goni lebih satu triliun. Sungguh tak masuk nalar.
Akibatnya, trust yang telah dibangun susah payah hampir satu abad, dihancurkan oleh bandit-bandit dengan sebutan Yang Mulia. Kasihan sekali.