Banyak Anggaran Mubazir dan Tak Menyentuh Rakyat dalam APBA 2025

Infoaceh.net, BANDA ACEH — Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) tahun anggaran 2025 sudah disahkan sebesar Rp11,07 triliun yang tersebar melalui SKPA atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam bentuk program dan kegiatan, Belanja Pegawai dan lain-lain.

Dana Rp11,07 triliun akan dibelanjakan untuk kepentingan publik dan kebutuhan perangkat daerah lainnya.

“Jika disimak dari data yang ditampilkan pada Rencana Umum Pengadaan (RUP) pada SiRUP LPSE Aceh masih banyak mata anggaran yang dinilai mubazir dan tidak berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat,” ungkap Koordinator Transparansi Tender Indonesia (TTI) Nasruddin Bahar, Ahad malam, 6 April 2025.

Nasruddin menjelaskan, anggaran yang dianggap mubazir dan tidak menyentuh rakyat tersebut di antaranya pengadaan videotron sebagai lokasi penyampaian informasi secara elektronik pada DPRA Aceh dianggarkan Rp 3,5 miliar, pengadaan mobil ketua dan wakil ketua DPRA Rp 8,7 miliar, pengadaan digitalisasi Museum Tsunami Rp11,93 miliar.

Pengadaan papan informasi pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rp3 miliar, pengadaan gorden jendela pada Dinas DLH Rp3 miliar, pengadaan bibit tanaman hutan yang nilainya puluhan miliar jika ditotal dari seluruh kabupaten/kota padahal manfaatnya tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat, dan lain-lain.

Menurut Nasruddin, DLH hampir seluruh kegiatan adalah titipan dana pokok pikiran (pokir) DPRA, padahal masyarakat tidak pernah mengusulkan pada rapat Musrenbang.

“Jika dilihat dari data RUP Dinas Permukiman Aceh anggaran untuk pembangunan rumah dhuafa hanya sekitar Rp188.352.000.000 jika dibagi per rumah Rp80 juta maka tahun ini Dinas Perkim Aceh hanya mampu membangun 2.350 unit rumah dhuafa, sangat jauh dari harapan. Idealnya Pemerintah Aceh mengalokasikan dana minimal Rp.500 miliar setiap tahun sehingga kesenjangan sosial di tengah masyarakat Aceh semakin berkurang,” ujarnya.

Lanjut Nasruddin, jika Anggota DPRA serius berpihak kepada rakyat 80% Pokir DPRA untuk membangun rumah dhuafa.

“Sungguh ironis, kenyataan hari ini berbanding terbalik jika melihat paket-paket yang dimasukkan dalam pokir DPRA sangat jauh dari substansi Pokir itu sendiri yang ujung-ujungnya adalah pembagian “CUAN”,” pungkasnya.

Tutup