BANDA ACEH – Perkembangan pariwisata Aceh dinilai semakin baik dan maju, bahkan kunjungan wisatawan semakin membludak.
Akan tetapi, partisipasi atau keterlibatan Pemerintah Daerah, baik di level provinsi maupun di kabupaten/kota, untuk melayani wisatawan dinilai sangat minim dalam mengelola dan promosi potensi wisata yang ada di Aceh.
Demikian disampaikan budayawan Aceh Tarmizi A Hamid atau akrab disapa Cek Midi kepada media, Senin (22/4/2024) di Banda Aceh.
Cek Midi menyampaikan hal tersebut setelah dia dan keluarga melakukan pengamatan langsung di beberapa objek wisata di Aceh dan tingkat kunjungan tamu ke Aceh.
“Minat kunjungan tamu dari luar ke Aceh pada Lebaran Idulfitri 2024 terlihat sangat tinggi, mereka menghabiskan libur panjang dan berhari raya Idulfitri kemarin khusus pergi ke Aceh,” ujar Tarmizi A Hamid yang merupakan kolektor manuskrip Aceh.
“Kita menyaksikan jalan raya di Aceh penuh sesak dengan mobil-mobil berplat luar Aceh, warung nasi dan kopi semua penuh dengan tamu,” katanya.
Namun, kata Cek Midi, sejumlah objek dan lokasi wisata di Aceh terkesan kurang terlibat pemerintah dalam pengolaannya.
“Pemerintah daerah terlihat seperti kurang mampu dalam mengelola potensi wisata yang ada di Aceh. Akhirnya hanya menjadi penonton saja,” kata Tarmizi.
“Jalan ke objek wisata Kilonam di Geumpang, Kabupaten Pidie contohnya, pemerintah membiarkannya rusak, apalagi jalan tembus ke Meulaboh,” katanya.
“Ini belum lagi kalau kita sebut lokasi wisata di Makam Pocut Baren di jalan Geumpang – Meulaboh yang dilaporkan seperti tidak diurus oleh Pemda,” kata dia
“Pemerintah juga tidak membangun infrastruktur pendukung seperti toilet yang bersih di beberapa lokasi wisata. Kampanye dari pemerintah tentang pariwisata Aceh juga sangat minim,” katanya.
“Masyarakat terkesan melakukan promosi sendiri-sendiri melalui media sosial, atau wartawan yang mengampanyekan ini tak dibayar” ujar kolektor manuskrip Aceh itu.
Menurut Cek Midi, kesukaan tamu berkunjung ke Aceh dilatari beberapa alasan, seperti di Aceh tak ada preman yang melakukan begal dan pungli, tak ada juru parkir liar dan jalan nasional yang rata-rata sudah mulus.
“Selain itu, di Aceh juga tersedia makanan lezat, halal dan harga tergolong murah,” kata Tarmizi A Hamid. (IA)