Puluhan Tenaga Honorer Kesehatan di Lhokseumawe Mengadu ke Haji Uma
LHOKSEUMAWE – Puluhan tenaga honorer dan Tenaga Harian Lepas (THL) Kesehatan di wilayah kerja Pemko Lhokseumawe menemui Anggota Komite IV DPD RI asal Aceh H Sudirman atau akrab disapa Haji Uma.
Pertemuan tersebut berlangsung di Culture Café, kawasan Buket Rata, Kota Lhokseumawe, Jum’at (3/3/2023).
Sejumlah tenaga kesehatan yang hadir dalam pertemuan terdiri atas dokter, perawat, bidan, tenaga farmasi dan pembantu administrasi di lingkup instansi kesehatan.
Tujuan para nakes menemui Haji Uma dalam upaya menyampaikan aspirasi mereka terkait kebijakan penerimaan tenaga honorer yang diberlakukan Pemko Lhokseumawe.
Pertemuan itu dibuka Staf Ahli Anggota DPD RI, Mulyadi Syarief dan dilanjutkan sambutan Haji Uma.
Haji Uma sendiri menyampaikan, pertemuan tersebut untuk mendengarkan dan menyerap aspirasi serta mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi para tenaga honorer dan THL kesehatan di Lhokseumawe.
Haji Uma juga menegaskan, sebagai Anggota DPD RI yang mewakili rakyat dan daerah, kapasitas dirinya untuk menerima aspirasi dan menindaklanjutinya sesuai kewenangan serta mengikuti ketentuan yang ada.
Namun dirinya komit berupaya semaksimal mungkin guna membantu memperjuangkan aspirasi para Nakes.
“Pertemuan ini untuk menyerap aspirasi serta mencarikan langkah solusi atas masalah yang saat ini dihadapi para tenaga honorer dan THL saat ini. Perlu juga diketahui, saya tidak memiliki kapasitas menyelesaikan karena bukan pengambil keputusan.
Namun saya komit menindaklanjuti dan memperjuangkan aspirasi ini sesuai kemampuan dan ketentuan yang ada,” ujar Haji Uma.
Setelah penyampaian sambutan oleh Haji Uma, para tenaga honorer dan THL yang hadir secara bergantian menyampaikan aspirasinya melalui masing-masing perwakilan bidang profesi.
Menariknya, seorang bidan yang mendapat kesempatan pertama menyampaikan aspirasi malah mengaku dirinya bersatus PNS, namun kehadirannya mewakili para honorer dan THL di Puskesmas tempat ia bertugas.
“Saya berstatus PNS, namun dalam hal ini mewakili para Nakes di Puskesmas Muara Dua. Pengabdian para honorer dan THL sangat luar biasa dengan insentif yang tidak seberapa. Adanya kebijakan ini berdampak pada layanan di puskesmas, ke depan mereka tidak lagi dapat insentif. Padahal tidak lama lagi akan menyambut puasa dan Idul Fitri,” ujar Amna Yusra memohon perhatian Haji Uma sembari menitikkan air mata.
Sementara Riana, seorang honorer di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe berharap agar tenaga honorer yang telah mengabdi lebih 20 tahun diprioritaskan dan jika bisa tidak lagi diuji tapi langsung diangkat jadi honor daerah.
Bahkan mereka siap untuk tidak digaji tahun depan, tapi mendapat SK tahun mendatang.
Riana menyampaikan jika honorer golongan kategori 2 masih tersisa 20 orang dan mereka berharap diprioritaskan dan dihargai. Dirinya juga mengaku sudah sering mediasi dengan DPRK namun tidak ada titik terang.
Penyampaian Riana sempat mengagetkan Haji Uma, karena ternyata masih ada sisa honorer kategori 2 di wilayah kerja Pemko Lhokseumawe.
“Honorer K-2 mestinya telah selesai, tapi ternyata masih ada tersisa. Ini mesti menjadi perhatian pemerintah untuk dituntaskan,” sebut Haji Uma.
Menutup pertemuan, Haji Uma kembali menegaskan kapasitas dirinya hanya menampung dan selanjutnya menindaklanjuti aspirasi para honorer dan THL.
Ia juga menegaskan komitmennya memperjuangkan aspirasi yang diterimanya itu sesuai kapasitas dan ketentuan yang berlaku.
“Saya berkomitmen menindaklanjuti aspirasi dari ibu dan bapak semua sesuai kapasitas dan ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini saya juga menyarankan agar menjaga soliditas dan persatuan gerakan advokasi ini,” pungkas Haji Uma. (IA)