BANDA ACEH — Direktur Pengembangan Destinasi II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI Wawan Gunawan menyampaikan, Aceh sangat cocok dalam pelaksanaan event wisata religi, sehingga seluruh masyarakat dunia bisa datang ke Aceh karena didukung keragaman UMKM yang unik di setiap desain souvernir.
“Aceh punya kain batik motif ciri khas tersendiri, sehingga ini menjadi sebuah kesiapan kita nanti dengan menerapkan tujuh unsur dalam setiap pariwisata yaitu, aman, bersih, indah, sejuk, tertib, ramah dan kenangan,” sebut Wawan pada workshop pengembangan desa wisata di Provinsi Aceh, di Al Hanifi Hotel, Banda Aceh, Rabu, 21 September 2022.
Dalam kesempatan tersebut, Kemenparekraf hadir untuk mendorong percepatan pariwisata dan ekonomi dengan menerapkan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
“Mari masyarakat Aceh ciptakan ruang-ruang kreatif untuk percepatan ekonomi sesuai dengan hobi, skill dan profesional. Paling penting intinya adalah bagaimana upaya kebersamaan dengan spirit gerak bersama (geber) dan gerak cepat (gercep) serta gali semua potensi lokal (gaspol) dalam membuka lapangan pekerjaan,” ungkap Wawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh Almuniza Kamal melalui Seketaris Disbudpar Aceh, Cut Nurmaita menyebutkan, Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang memberi perhatian khusus kepada sektor pariwisata, hal ini didukung pula dengan banyaknya pilihan wisata, mulai dari alam, adat dan budaya.
“Desa wisata merupakan salah satu bentuk integrasi langsung antara aktrasi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dengan struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tatanan tradisional,” ungkap Cut.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh sejak beberapa tahun terakhir telah berusaha mendorong terbentuknya desa wisata di provinsi Aceh melalui sosialisasi dan pelatihan pengembangan SDM desa wisata hingga kegiatan benchmark ke desa-desa wisata terbaik yang ada di Aceh.
Maka dari itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI bersama Disbudpar Aceh menggelar workshop pengembangan desa wisata di provinsi Aceh, Al Hanifi Hotel, Kota Banda Aceh, Rabu, 21 September 2022.
Menurut Cut, ada keuntungan bagi desa wisata di Aceh agar bisa menjadi pilihan dalam pengembangan pariwisata, karena pada desa wisata memiliki keragaman produk yang dapat ditawarkan kepada pengunjung.
“Dengan produk utama melalui pengalaman yang diberikan kepada wisatawan berupa keragaman budaya, keunikan alam, dan karya kreatif di desa, ini tentu saja menjadi sesuatu yang berbeda yang bisa dibanggakan oleh Aceh,” jelas Cut.
Cut Nurmaita juga menyebutkan, dua komponen pendekatan yang perlu diperhatikan, yaitu pembangunan pariwisata berbasis masyarakat dan pembangunan pariwisata berkelanjutan.
“Dengan hal-hal dasar di atas kami sangat berharap kegiatan ini dapat menghasilkan sebuah pemahaman baru terhadap pengembangan desa wisata di Aceh,” sebut Cut. (IA)