ACEH UTARA — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara, Senin (3/12) menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana alam banjir hingga 14 hari ke depan.
Hal itu setelah banjir meluas di 14 kecamatan di Aceh Utara akibat meluapnya aliran sungai.
Penetapan status tanggap darurat bencana itu dilakukan oleh Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib lewat surat keputusan bupati nomor 350/1/2022.
Informasi tersebut disampaikan oleh Kabag Humas Pemkab Aceh Utara Hamdani, dalam keterangannya, Senin (3/1).
Dalam poin menimbang surat itu disebutkan, banjir di Aceh Utara terjadi setelah daerah tersebut diguyur hujan deras sejak Jumat (31/12/2021). Hujan menyebabkan meluapnya air sungai Kreung Keureuto, Krueng Peuto, Krueng Pirak, Kreung Jambo Aye dan Kreung Pase.
Banjir juga menyebabkan satu anak berusia 12 tahun meninggal dunia, kerusakan berbagai sarana dan prasarana, rusaknya tanggul hingga terendamnya pemukiman warga.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pemkab menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana alam banjir.
“Masa status tanggap darurat penanganan bencana alam banjir sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu berlangsung selama 14 (empat belas) hari, terhitung mulai tanggal 2 Januari 2022 sampai dengan 15 Januari 2022,” isi surat keputusan tersebut.
Dalam surat disebutkan, masa tanggap darurat itu dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penanganan darurat bencana di lapangan.
Hamdani mengatakan, daerah yang masih terendam banjir salah satunya di Kecamatan Lhoksukon. Luapan Krueng Keureutoe disebut masih tinggi.
“Pemkab membuka posko di lantai satu kantor bupati. Untuk jalan nasional sudah mulai normal, namun ada beberapa titik butuh hati-hati,” ujar Hamdani.
Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara Murzani mengatakan, 14 kecamatan di daerah tersebut terendam banjir luapan akibat diguyur hujan deras. Banjir menyebabkan satu anak meninggal dunia.
Banjir di daerah tersebut awalnya merendam empat kecamatan pada Jumat (31/12). Banjir kemudian meluas ke kecamatan lain akibat hujan terus mengguyur sehingga meluapnya aliran sungai.
Ke-14 kecamatan yang terendam banjir itu adalah Dewantara, Paya Bakong, Sawang, Banda Baro, Samudera, Cot Girek, Matangkuli, Lhoksukon, Pirak Timur, Tanah Luas, Geureudong Pase, Langkahan, Syamtalira Aron dan Kuta Makmur.
“Sekarang ketinggian air meningkat,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBD Aceh Utara Murzani, Senin (3/1).
Murzani mengatakan 23 ribu warga di enam kecamatan saat ini terpaksa mengungsi ke tempat lebih tinggi. Titik pengungsian di antaranya dibangun pemkab serta posko dapur umur.
Menurutnya, hujan dengan intensitas rendah dan sedang masih mengguyur kawasan Aceh Utara. Banjir masih merendam pemukiman warga, fasilitas publik, hingga jalan lintas nasional. “Hingga sekarang banjir belum surut,” jelas Murzani.
Banjir di Aceh Utara juga menyebabkan seorang anak di Desa Meuriah, Kecamatan Matangkuli, tewas tenggelam. Korban RM Andika (12) tenggelam saat bermain dengan teman-temannya.
Kejadian bermula ketika korban sedang bermain atau berenang di air luapan banjir dengan beberapa orang teman perempuan seusianya.
Namun tiba-tiba korban terperosok jatuh ke dalam saluran irigasi, yang ketika itu sudah tidak nampak akibat tertutup dengan air luapan banjir.
Kapolsek Matangkuli AKP Asriadi mengatakan, korban tenggelam pada Ahad (2/1) sekitar pukul 13.00 WIB. Korban ditemukan dua jam kemudian setelah dilakukan pencarian oleh tim gabungan SAR, Polsek, Polres, dan anggota Koramil Matangkuli. (IA)