BANDA ACEH – Lembaga Wali Nanggroe Aceh menggelar Sidang Raya Majelis Tinggi untuk membahas berbagai agenda, baik agenda internal lembaga maupun agenda Aceh secara umum.
Sidang Raya Majelis Tinggi tersebut diikuti perangkat kerja Wali Nanggroe yaitu Tuha Peut, Tuha Lapan dan Majelis Fatwa.
“Sidang Raya Majelis Tinggi Wali Nanggroe harus dilaksanakan untuk mendiskusikan dan membahas berbagai hal penting, baik terkait penguatan internal lembaga seperti melahirkan rancangan reusam dan untuk hal-hal lain yang bersifat eksternal untuk kepentingan kemaslahatan bangsa Aceh,” kata Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haythar dalam sambutannya sebelum membuka secara resmi Sidang Raya Majelis Tinggi, Kamis (25/11).
Hal eksternal yang perlu dibahas, tambah Wali Nanggroe, antara lain terkait peta jalan penyelesaian kemiskinan, pertanahan, lingkungan hidup, stabilitas politik dan hal-hal lain yang termaktub dalam MoU Helsinki.
“Sehingga kesepahaman MoU Helsinki bisa kita laksanakan sepenuhnya dengan baik,” kata Wali Nanggroe mengingatkan.
Sidang Raya Mejelis Tinggi Wali Nanggroe digelar selama dua hari dari 25 – 26 November 2021. Dalam sambutannya, Wali Nanggroe menekankn agar Sidang Raya dapat dilaksanakan dan diikuti secara fokus sesuai dengan agenda yang telah diatur.
Usai membuka secara resmi, Wali Nanggroe menyerahkan rancangan reusam kepada pimpinan Majelis Tinggi yaitu Tgk H Azhari Abdul Latief (Ketua Majelis Tuha Peuet), Tgk Muhammad Yusuf Syahputra (Ketua Majelis Tuha Lapan) dan Tgk Abi Mawardi Hasyem (Wakil Ketua Majelis Fatwa)
Rancangan reusam yang diserahkan Wali Nanggroe kepada Majelis Tinggi untuk dibahas dalam Sidang Raya adalah; rancangan Reusam Protokoler Wali Nanggroe, Reusam Bentara Wali Nanggroe, Reusam Wazir Wali Nanggroe dan Reusam Pertimbangan Wali Nanggroe. (IA)