BANDA ACEH – Ulama Kharismatik Aceh Tgk H Hasanoel Bashri HG atau Abu Mudi menyerukan masyarakat Aceh khususnya dan umat Islam umumnya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Jika kita berdosa dan kemudian kita mau bertaubat, maka akan turunlah kasih sayang Allah kepada kita. Hal ini karena dalam Alquran disebutkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan dirinya,” kata Abu Mudi saat mengisi pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Jum’at malam (28/5/2022).
Turut hadir dalam pengajian ini Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali, Abi Hasbi Albayuni, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop, dan Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Zahrol Fajri.
Abu Mudi menjelaskan materi pengajian yang beliau sampaikan tentang Taubat yang merupakan bagian dari pembahasan dalam ilmu tasawuf. Menurut Abu Mudi, Tasawuf membicarakan penyakit hati dan cara mengobatinya. Sementara ilmu fiqh membersihkan zahir. Namun, kata Abu Mudi, ilmu itu mesti dengan amal. Maksudnya ilmu akan bermakna ketika diamalkan oleh si pemiliknya.
“Tauhiq, tasawuf dan fiqh adalah fardhu ‘ain. Tauhid membicarakan itiqad, fiqh membicarakan ibadah zahir dan tasawuf membicarakan ibadat secara batin,” ujar Abu Mudi.
Lalu Abu Mudi membacakan bab tentang Taubat dari kitab Sirussalikin karangan Ulama Melayu yaitu Syaikh Abdussamad al-Falimbani dan merupakan terjemahan dari Kitab Lubab Ihya Ulumuddin karangan Hujjatul Islam Imam Ghazali.
Selain membacakan ayat tentang keutamaan taubat di sisi Allah, Abu Mudi juga mengutip Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjelaskan orang yang taubat itu akan dikasihi Allah. Orang taubat itu, kata Abu Mudi maka seperti tidak ada lagi dosanya, karena sudah diampuni oleh Allah.
Mengutip pendapat Imam Ghazali, Abu Mudi mengatakan, taubat adalah satu kata ganti daripada makna yang teratur dari tiga pokok perkara yang terhubung antara satu sama lain.
Yang pertama, ilmu. Kedua, hal, dan ketiga yaitu perbuatan. Jadi taubat mesti menghimpun tiga perkara tersebut dan tidak bisa dipisahkan sebagai syarat sehingga disebut sebagai taubat.
“Kalau tidak ada tiga perkara ini dalam taubat kita maka belumlah disebut taubat. Ilmu itu maksudnya kita menyadari perbuatan dosa itu akan mendatangkan kemudharatan bagi kita. Jadi mesti ada pengetahun tentang sisi kemudharatan ini. Setiap larangan Allah jika dilanggar maka akan mendatangkan kemudharatan. Serta mengetahui bahwa keadaan dosa itu akan dapat menjauhkan seorang hamba dengan Allah,” ujar Abu Mudi menerangkan.
Sebab, lanjut Abu Mudi, Allah menyuruh kita berbuat kebaikan. Jika kita melakukan pelanggaran maka akan mendatangkan kemarahan Allah. Makna taubat itu adalah di saat mau berbuat dosa, maka tinggalkan dosa-dosa tersebut. Itu syarat pertama.
Sementara syarat yang kedua, tambah Abu Mudi, yaitu menyesali dosa-dosa yang telah dikerjakan. Dan syarat ketiga, yaitu bulatkan tekad dalam hati bahwa dosa yang pernah dikerjakan tidak akan diulangi lagi. Dan kewajiban yang telah ditinggalkan akan diqadhakan.
“Sementara jika dosa dengan anak adam (sesama manusia), selain berlaku 3 syarat di atas, maka syarat taubat lainnya adalah dengan meminta izin atau meminta maaf, ” ujar Abu Mudi. (IA)