Dr. Nurkhalis Mukhtar,Lc,MAc
SETIAP tibanya Bulan Ramadhan, sering diperdengarkan ayat yang menjadi landasan mengenai kewajian puasa yaitu surat Al-Baqarah ayat 183. Ayat Al-Baqarah 183 merupakan himbauan bagi kaum muslimin untuk berpuasa, sebagaimana kewajiban puasa telah pernah ada pada umat-umat sebelumnya, dan memiliki tujuan yang jelas, mewujudkan ketaqwaan. Kalimat “la’allakum Tattaqun, semoga kalian bertaqwa” adalah tujuan utama dari pensyariatan puasa yang dilaksanakan.
Kata “taqwa” walaupun singkat namun ianya memiliki makna yang begitu luas. Ada yang memaknai taqwa dengan menjalankan segala perintah Allah Swt, dan menjauhi segala larangan Allah Swt.
Dengan makna senada, para ulama hadits juga memaknainya dengan taqwa mengumpulkan berbagai macam kebaikan di dalamnya, dan menghindari segala keburukan dan laranga.
Sehingga pada saat Rasulullah Saw diminta nasehat oleh salah seorang sahabatnya, Rasulullah Saw berpesan agar senantiasa bertaqwa dimanapun berada. Dan beliau juga mengisyaratkan bahwa taqwa tempatnya di dalam hati.
Pernah pada suatu waktu, Umar bin Khattab ditanya mengenai perihal ketaqwaan, maka beliau mengumpamakan taqwa adalah seperti seseorang yang berjalan di tempat yang berduri dengan tidak menggunakan alas kaki, tentu ia akan sangat berhati-hati, agar duri tidak menusuk kakinya. Demikian pula seorang muslim dalam meniti kehidupannya hendaknya selalu memperhatikan unsur ketaqwaan yang merupakan rambu-rambu dalam kehidupan sehingga selamat sampai di akhir perjalanan. Salah satu cara yang paling utama untuk menumbuhkan ketaqwaan dalam kehidupan ialah dengan melaksanakan ibadah puasa.
Puasa di Bulan Ramadhan merupakan perwujudan makna taqwa kepada Allah Swt. Yaitu dengan menjalankan kewajiban yang telah difardhukan oleh Allah Swt dengan berbagai konsekwensi di dalamnya.
Dimana ketika seorang sedang berpuasa maka ia tidak boleh makan dan minum, serta menghindari dari hal-hal yang membatalkannya. Barangkali ia sedang sendiri, yang mungkin tidak ada yang melihatnya, namun karena puasanya ia tidak membatalkannya karena takut kepada Allah Swt.
Sehingga disebutkan dalam riwayat bahwa seseorang yang meninggalkan makan dan minumnya karena Allah Swt, maka hanya Allah yang mampu memberikan pahala yang setimpal.
Berbagai amalan yang dilaksanakan oleh seseorang yang sedang melaksanakan puasa pasti akan mengantarkannya kepada sebuah muara yang disebut dengan muara ketaqwaan.
Sehingga membutuhkan kesungguhan dan upaya yang sungguh-sungguh untuk sampai kepada derajat ketaqwaan. Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 183, taqwa baru bisa digapai oleh seorang muslim apabila ia melaksanakan puasa. Artinya puasa adalah sebuah proses menggugurkan berbagai dosa dan kekhilafan yang telah dilakukannya. Sehingga Bulan Ramadhan merupakan sarana yang paling efektif bagi seseorang untuk makin mendekatkan dirinya kepada Allah Swt dan menggapai bekal ketaqwaan.
Dalam Surat Ali Imran ayat 133 juga disebutkan bahwa ketaqwaan baru bisa diperoleh seseorang apabila ia berlomba-lomba mencari ampunan Allah Swt dengan berbagai amalan ketaatan dan keshalihan sehingga ia menjadi hamba yang bertaqwa. Hal ini bermakna bahwa derajat ketqwaan baru bisa dicapai memerlukan kesungguhan dan upaya yang sungguh-sungguh. Bahkan disebutkan dalam banyak ayat dan hadits bahwa derajat seseorang dan keutamaannya adalah pada ketaqwaan di dalam hatinya.
Maka tentunya kehadiran Bualan Ramadhan dengan berbagai karunia dan keutamaan yang Allah Swt titipkan kepadanya merupakan momentum yang sangat berharga, agar tidak dilewatkan secara sia-sia. Apabila di Bulan Ramadhan seseorang tidak memiliki keinginan untuk menjadi pribadi yang bertaqwa, kecil kemungkinan di bulan lainnya memiliki semangat mewujudkan ketaqwaan. Karena di Bulan Ramadhan, diawali dengan suasana puasa Ramadhan, ditambah pula dengan mendirikan Ramadhan dengan ibadah tarawih, membaca Al-Qur’an dan berbagai ibadah yang lain, tentunya memudahkan untuk melalui tangga-tangga amalan hingga sampai ke derajat ketaqwaan.
Dalam rentang sejarah yang dilalui umat Islam terutama Bulan Ramadhan, memiliki makna yang begitu penting, karena banyak peristiwa besar umat Islam terjadi di Bulan Ramadhan. Bahkan perang Badar yang merupakan perang yang menentukan dalam sejarah eksistensi umat Islam terjadi pada Bulan Ramadhan.
Dalam keadaan berpuasa dan hati yang bertaqwa kepada Allah Swt, para sahabat Rasulullah Saw berhasil melewati berbagai macam cobaan dengan kemenangan. Mereka yang menang, maka menang dengan ketaqwaan, sedangkan yang syahidpun telah kembali kepada Allah Swt dengan bekal ketaqwaan disisi oleh Swt. Intinya di bulan yang mulia ini, Allah Swt telah mempersiapkan derajat ketaqwaan bagi para hamba-Nya yang besungguh-sungguh datang dengan amalan dan kesungguhan kepada Allah Swt.
Dr. Nurkhalis Mukhtar,Lc,MA
*Ketua STAI al-Washliyah Banda Aceh
*Pengasuh Pengajian Rutin TAFITAS Aceh
*Penulis Buku Membumikan Fatwa Ulama