Oleh: Ustadz Dr Nurkhalis Muchtar Lc MA*
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan, sesama kalian haram”. Sabda Rasulullah yang layak dicatat dengan tinta emas sejarah peradaban umat manusia dan menjadi acuan umat manusia dalam interaksi sosial sesama mereka.
Ucapan yang bermakna itu disampaikan oleh Rasulullah ketika beliau melaksanakan ibadah haji terakhir yang disebut dengan haji wada’ atau haji perpisahan.
Dimana dalam beberapa catatan sejarah terutama sirah nabawiyah disebutkan bahwa lebih dari seratus ribu orang sahabat Rasulullah melakukan wuquf bersama beliau di Padang Arafah tepatnya pada 9 Zulhijjah pada tahun 10 Hijriah.
Tidak lama berselang setelah Rasulullah menyampaikan pesan-pesannya di dalam khutbah ‘Arafah, turunlah ayat terakhir yang berkenaan dengan hukum yaitu surat al-Maidah ayat tiga yang berisi legislasi dan pengesahan Islam sebagai agama resmi dunia.
Dengan turunnya surat al-Maidah ayat tiga, merupakan pertanda bahwa Islam menjadi agama yang resmi bagi dunia, dan barang siapa meninggal bukan dalam keadaan beragama Islam, maka tempat kembalinya adalah tempat yang paling menyedihkan di akhirat kelak yaitu neraka jahannam yang kekal abadi.
Haji wada’ merupakan haji perpisahan yang dilakukan Rasulullah pada tahun ke sepuluh Hijriah, karena di bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Jibril datang kepada Rasulullah mengajarkan al-Qur’an sebanyak dua kali khatam yang biasanya malaikat Jibril cuma mengajarkan satu kali khatam saja.
Rasulullah merasa bahwa pesan yang tersirat itu menandakan ajal beliau telah semakin dekat. Ternyata dugaan Rasulullah benar. Itulah tahun terakhir beliau berpuasa bersama istri, anak dan para sahabatnya.
Pada bulan Zulhijjah, tepatnya pada hari kedelapan yang sering disebut dengan hari Tarwiyah, beliau bersama 30 ribu sahabatnya melakukan perjalanan ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji berangkat menuju Mina yang dihukumkan sunnah oleh para ahli fiqih, karena jamaah haji sekarang pada tanggal delapan mereka bersiap-siap untuk berangkat ke Arafah disebabkan membludaknya jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Ada di antara wanita yang berangkat bersama Rasulullah dalam kondisi hamil dan melahirkan dalam perjalanan, Rasulullah memerintahkannya untuk mandi dan mengambil miqat untuk melaksanakan ibadah haji. Karena pelaksanaan seluruh rukun haji selain Tawaf dibolehkan tidak dalam keadaan suci.
Para hamba Allah yang melakukan ibadah haji adalah mereka yang telah menyambut seruan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam, dimana Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk menyeru manusia agar melakukan ibadah haji, mereka akan datang dalam keadaan berjalan kaki, mengendarai unta dan kendaraan lainnya, datang dari berbagai penjuru dunia untuk melakukan ibadah haji di Kota Mekkah.
Seruan Nabi Ibrahim bermakna panggilan agar setiap hamba Allah yang telah memiliki kesempatan dan perbekalan serta kemampuan fisik maupun mental agar melakukan perjalanan menuju rumah Allah yang mulia yaitu Ka’bah yang agung.
Karena orang yang pertama membangun ka’bah adalah Nabi Ibrahim bersama anak yang ia sayangi Nabi Ismail ‘alaihim salam.
Panggilan yang terang dan jelas agar ibadah haji yang dilakukan hendaknya mengacu pada tata cara pelaksanaan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah pada tahun ke sepuluh Hijriah.
Beliau meninggalkan pesan kepada umatnya agar mencontoh beliau dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, “Ambillah dariku manasik kalian”.
Sebuah pesan yang jelas agar ibadah haji yang dilakukan hendaknya mengacu kepada tuntunan yang telah dilakukan oleh Rasulullah.
Demikian pula terdapat banyak ayat dalam Al-Qur’an yang berkenaan dengan pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
Dalam Al-Qur’an misalnya dari ayat 196 sampai ayat 203 surat Al-Baqarah, dijelaskan secara gamblang mengenai pesan-pesan moral dan hukum mengenai tata cara pelaksanaan ibadah haji.
Di antara begitu banyak pesan moral yang terkandung di dalam ayat Al-Baqarah tersebut, ada hal yang patut direnungkan bahwa ketika seseorang sedang melakukan ibadah haji tentunya dia sedang melakukan salah satu rukun Islam yang lima, dilakukan ibadah tersebut pada bulan yang ditentukan, di tempat yang penuh keberkahan dan kemuliaan, di rumah Allah ka’bah yang mulia.
Ternyata ada amalan-amalan yang semestinya diperbanyak di sana, dan adapula perbuatan-perbuatan yang mesti dihindari agar amal ibadah yang dilakukan menjadi maqbul dan mabrur.
Al-Qur’an menjelaskan barang siapa yang telah menyatakan dirinya siap untuk masuk dalam ibadah haji/mengambil ihram, semestinya ia menghindari ucapan dan tindakan Rafats yang oleh ulama dimaknai dengan perilaku pornografi, segala ucapan maupun tindakan yang mengarah kepada pornografi.
Jadi segala hal yang menjurus kepada perkataan kotor dan jorok sangat dilarang, bahkan bisa menghilangkan pahala amalan haji dan umrah.
Ucapan lain yang dilarang ketika melakukan ibadah haji dan umrah adalah perkataan Fusuq. Fusuq adalah perkataan cacian, sumpah serapah, ghibah, makian dan kata-kata yang tidak layak dikeluarkan, karena Rasulullah menyatakan bahwa mencaci-maki sesama muslim merupakan perbuatan fusuq.
Perbuatan lain yang wajib dihindari ketika melakukan ibadah haji ialah jidal. Jidal adalah debat kusir, debat yang tidak didasari dengan hujjah dan argumentasi ilmiyah, dan barometer keilmuan yang jelas.
Al-Qur’an mengajarkan kepada kaum muslimin, apabila ingin melakukan debat hendaknya dengan billati hiya ahsan, dengan metode yang baik dan benar, karena debat yang benar juga salah satu metode yang diajarkan dalam berdakwah.
Dapat disimpulkan bahwa segala ucapan yang mengandung Rafats, Fusuq dan Jidal merupakan perbuatan tercela yang semestinya dihindari bagi orang yang ingin menggapai haji mabrur dan ingin mendapat kebahagiaan dalam hidup.
Karena setiap ucapan yang dikeluarkan melalui lisan seorang muslim, ada dua malaikat yang selalu mencatatnya, baik ucapan itu baik, maupun buruk.
Ada Raqib dan ‘Atid yang tidak pernah jemu mencatat setiap ucapan yang dikeluarkan oleh setiap hamba.
Setiap ucapan atau perkataan yang dikeluarkan tentu mengandung kebaikan ataupun keburukan. Setiap ucapan yang baik mengandung energi positif yang akan mengantarkan orang yang membiasakannya kepada kebaikan di dunia dan akhirat.
Adapun ucapan buruk mengandung energi negativ yang bila seseorang membiasakannya akan menyengsarakan dan menyebabkan ia mendapat tempat yang tidak mulia di dunia dan akhirat.
Ketika seorang hamba sedang melakukan ibadah haji maka sepatutnyalah ia mampu menahan diri dari ucapan-ucapan yang dibenci Allah.
Sebaliknya ketika seseorang ingin meminum air zamzam, sangat dianjurkan memperbanyak doa, karena “air zamzam sesuai doa yang dipanjatkan oleh orang yang meminumnya”. Air zamzam merupakan air yang paling tinggi kadar kesehatan dan manfaatnya, karena setiap orang yang meminumnya pasti banyak berdoa.
Doa tersebut tentunya menjadi energi positif yang akan masuk kedalam rongga tenggorokan seseorang sehingga ia menjadi sehat dan bergizi.
Rasulullah melarang umatnya untuk menjelekkan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. Jika seseorang tidak suka terhadap makanan atau minuman tertentu, hendaknya ia meninggalkan dan tidak mengkonsumsinya.
Penelitian ilmiah pun telah membuktikkan bahwa ucapan-ucapan yang tidak baik (cacian, makian, hinaan, dll) akan menyebabkan makanan atau minuman cepat membusuk, dan air yang diminum tidak akan bermanfaat sama sekali.
Contoh lain, tempat yang paling banyak dikunjungi oleh manusia adalah Ka’bah. Ka’bah merupakan tempat yang mengandung energi positif terbesar di dunia. Karena setiap orang yang melakukan tawaf tentu menyertai dengan ucapan-ucapan dan lafal-lafal yang berbentuk doa dan zikir yang mengandung kebaikan dan harapan mulia.
Bahkan dunia ini akan kiamat apabila tidak ada orang yang melakukan tawaf di Ka’bah. Sehingga pekerjaan menakuti para hamba Allah untuk melakukan ibadah haji adalah pekerjaan yang sangat tercela, apapun motifnya, membuat kerusuhan di daerah tanah haram adalah perbuatan tercela dan berdosa.
Ibadah haji yang dilakukan jamaah haji, memiliki aturan-aturan yang berupa rukun, syarat dan wajib haji, serta sunnah-sunnahnya yang harus ditunaikan ketika melakukan ibadah haji dan umrah.
Puncak dari ibadah haji adalah ketika jamaah haji melakukan wuquf di Arafah. Wuquf merupakan salah satu rukun haji yang wajib ditunaikan dengan benar karena Rasulullah menyebutkan hakikat haji adalah wuquf di Arafah, dan kita tentu sepakat bahwa Arafah merupakan tempat yang mulia.
Bagaimana tidak, Nabi Adam dijumpakan kembali dengan istrinya Hawa di Bukit Arafah yaitu Jabal Rahmah setelah terpisah lebih kurang 200 tahun.
Al-Qur’an memberi panduan kepada para jamaah yang melakukan ibadah haji dan umrah untuk memperbanyak zikir ketika bertolak dari Arafah. Zikir yang paling utama sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Kahfi adalah baqiat shalihat yang lebih Allah Ta’ala cintai dari hal-hal yang dibanggakan oleh manusia, karena umumnya manusia memiliki kebanggaan terhadap harta yang banyak, kedudukan yang tinggi dan anak yang hebat-hebat.
Namun Allah menegaskan baqiyat shalihat lebih dicintai dari selainnya. Baqiyat shalihat menurut para ahli tafsir adalah ucapan zikir yaitu subhanallah walhamdulillah walailahaillallah allahu akbar. Zikir yang sering dibaca ketika sedang berjalan, duduk dan berbaring memiliki kedudukan yang mulia disisi Allah.
Jadi amalan pertama yang dicintai oleh Allah ketika berhaji adalah memperbanyak zikir ingat Allah.
Adapun ucapan lain yang sangat dicintai Allah ketika berhaji ialah memperbanyak istighfar.
Dalam Al-Qur’an terdapat perintah ketika seseorang sedang melakukan wukuf atau ia bertolak ke Mina atau bertolak ke Muzdalifah untuk menunaikan wajib haji agar memperbanyak membaca istighfar.
Ucapan istighfar merupakan amalan yang disukai Allah dan bisa mendatangkan solusi dan pemecah bagi setiap masalah dalam kehidupan.
Dalam riwayat Rasulullah menyatakan bahwa barang siapa yang membiasakan dirinya untuk beristighfar maka ia akan mendapatkan solusi bagi setiap masalah yang dihadapi.
Rasulullah dalam beberapa riwayat disebutkan beliau beristighfar setiap hari lebih dari 70 kali dan terkadang pula mencapai 100 kali. Padahal beliau merupakan hamba yang terpelihara dari dosa dan senantiasa dibimbing oleh Allah.
Istighfar pula sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat, kelimpahan harta dan anugerah anak yang shaleh dan salehah. Jadi betapa istighfar memiliki arti penting dalam kehidupan apalagi ketika seseorang sedang melakukan ibadah haji dan umrah.
Sehingga seseorang semestinya untuk mengganti ucapan-ucapan yang tidak baik mengganti dengan ucapan yang mulia salah satunya istighfar.
Hal lainnya yang diajarkan dalam Al-Qur’an yang semestinya dibaca oleh seseorang ketika melakukan wuquf di Arafah adalah memperbanyak doa. Rasulullah menjelaskan sebaik-baik doa yang dipanjatkan adalah doa yang dipanjatkan seseorang pada hari Arafah.
Pada hari Arafah Allah membebaskan para hamba-Nya dari azab api neraka, dan tidak ada hari yang sangat menyakitkan yang dialami oleh syaitan melainkan hari Arafah karena saking banyak hamba Allah yang diampuni pada hari itu.
Doa merupakan inti ibadah dan doa juga merupakan senjata bagi orang yang membacanya. Ternyata di tempat mulia di Tanah Haram, bulan Haram dan hari mulia yaitu ‘Arafah untuk menjemput ampunan Allah pada hari itu dengan lantunan zikir, istighfar dan doa.
Pada akhirnya setiap lantunan munajat dan ucapan-ucapan yang teratur akan bermuara pada kasih sayang Allah dan menggapai ridha-Nya dengan hadiah haji yang mabrur, karena haji yang mabrur tidak ada balasan yang setimpal dengannya kecuali surga yang luasnya seluas langit dan bumi, serta pengampunan yang diibaratkan seperti seseorang yang baru dilahirkan oleh ibunya.
Semua kelebihan dan keutamaan yang terdapat di Mekkah dan Madinah, hendaknya semakin memotivasi para jamaah haji untuk benar-benar tekun beribadah dengan penuh penghambaan diri dan keikhlasan demi menjemput karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Seseorang yang datang ke sana untuk menjemput kasih sayang Allah, sungguh dia akan pulang ke tanah air dengan selaksa ampunan Allah dan menggapai surga-Nya. Semoga!
*Penulis adalah Pembina Yayasan Pelita Alfusalam dan Dosen STAI Al-Washliyah Banda Aceh